25 December 2012

Kehangatan Natal Minus Duapuluh Empat


Natal kali ini? Biasa aja. Biasa banget malah.Sebenernya ga sah gue bilang biasa banget, karena gue udah lupa natalan tahun lalu ngapain. Malam natal kemaren gue pergi ke gereja. Dan yang perlu digarisbawahi itu, kali ini gue duduk bersama papa, mama, dan cici. Biasanya pasti sama temen. Namun, entah mengapa, gue lagi pengen menghabiskan waktu kebaktian natal bareng-bareng aja. Terus langsung pulang dan pules semua setelah menempel dengan guling.

Pas natal, gada kebaktian. Jadi, aktivitas di pagi sampai siang hari adalah bernang. Lalu, terkapar di sofa ruang tv. Malemnya, ada big feast di rumah. Jangan bayangin ada chef hotel bintang lima yang nyiapin chinese, italian, japanese, korean cuisine dengan diramaikan band yang diundang dari luar negri dan berfasilitaskan lantai dansa, juga lampu bundar kerlap kerlip. Ini sih jauh banget. Cuman makan sekeluarga + tamu special cici gue, yang satu lagi ga dateng. Makan sama ngomong-ngomong aja. Gue minum wine dengan kalap dalam upaya mencoba mendefinisikan sediri kata ‘mabuk’, tapi ga kuat sama pahitnya anggur itu.

Kalau dibaca dan ditelisik sekilas, natal gue tahun ini sederhana. Tapi unsur hangatnya ada banget. Gue suka hangat. Kaya perasaan pas lagi di Swiss, duduk melihat pemandangan, minum susu hangat, sambil megang gelas itu untuk menghangatkan tangan yang hampir jadi es. Yap, itu yang namanya hangat. Bukannya emang kehangatan yang kita semua cari di malam natal dan malam-malam berikutnya?

Sayangnya koko gue gada di Jakarta. Kehangatan yang minus duapuluh.

Terus yang lain dikemanain ya? Mari lihat pembagian jenis-jenis kehangat berserta poinnya.
  • Jakarta yang dingin akhir-akhir ini buat gue jadi hangat di rumah bareng keluarga (20 poin). Suhu itu sangat menentukan kenikmatan, kebersamaan, dan kehangatan keluarga. Teori gue sih begitu.
  • Libur yang gue jalani akhir-akhir ini menyenangkan dan rasanya belum menyentuh titik kebosanan (30 poin)
  • Suasana makan barusan (15 poin)
  • Akhirnya kebutuhan sekunder gue terpenuhi, ngidam pizza (6 poin)
  • Gatau gue lagi seneng aja (5 poin)
  • Tapi, karena laptop gue lemot ga jelas sebabnya bikin gue mengeluarkan sumpah serapah (kurang 4 poin deh)
  • So, kalo dijumlah sama ketidakberadaan koko di tengah-tengah keluarga ceria Widjaja. Kehangatan Natal minus duapuluh empat.
Gue malu omongnya. Semoga si tokoh utama baca tulisan ini, jadi tak perlulah gue omong langsung. Haha. We miss you. Miss your jokes. Miss your story about your climbing and stuff. Miss every single detail about you #exaggerating. My point is come back to Jakarta soon, koko!

Gue yakin di sana, dia juga merindukan kami. Akan tetapi, pasti dia juga punya acara yang menyenangkan di Malang. Kita sama-sama punya keceriaan, juga kehangatan bulan Desember.

Terus gue jadi inget sama lagu natal yang pasti ga asing buat kalian. Biasanya kan bagus kalo di akhir sebuah tulisan, ada kata-kata mutiaranya. Nah keliatannya ini cucok buat natal gue tahun 2012 dan ending tulisan gue. 
Through the years  
We all will be together 
If the Fates allow 
Hang a shining star upon the highest bough 
And have yourself a merry little Christmas now
Gue ga pinter Inggris, walaupun nyokap sama cici cascus ngomong Inggris. Boleh lah sesekali sok tahu. Kata ‘Have yourself a merry little christmas’ gue mengerti dengan tetap ada keceriaan di dalam natal yang sederhana atau kecil. Hehehe. 

Oh iya. Ga telat dong buat omong Merry Christmas sekarang? Bumi belum berputar pada porosnya sepenuhnya. Merry Christmas, readers. Hope you find your 'merry little christmas'.

02 December 2012

Kemarin Ngapain Aja Ya??

Gue sebenernya semangat banget menceritakan pengalaman singkat (banget) soal kemaren. Akan tetapi, kekalahan Indonesia menurunkan gairah gue menulis. Sedih deh. Indonesia rasanya selalu ciut kalo berhadapan dengan Malaysia. Kenapa gitu ya? Apa itu cuman perasaan gue aja?

Sekian soal bola dan kawanannya. Mari kita bicarakan mengenai hari ini. Hari ini gue ikut bokap ke Sentul. Ada acara natal kecil-kecilan di tempat rehabilitasi narkoba. Menurut gue itu something dan ga biasa. So, gue kudu wajib banget dateng ke sana. Jujur sejak dahula kala, sejak gue pertama kali mengendipkan mata di rumah sakit Harapan Kita sampai sekarang, gue ga pernah ke tempat yang namanya penjara, tempat rehabilitasi, rumah sakit jiwa, dan semacamnya. Berasa kaya jauh dari hidup yang gue jalanin.

Jam 8.45 gue udah cabut dengan mobil civic putih nan funky gue. Terus sampe di sana, gue ga diperbolehkan bawa handphone dan dompet. Gue mulai mikir yang enggak-enggak. Pikiran gue itu membuat tempat yang gue kunjungi keliatan lebih angker dan mencekam, padahal sih biasa-biasa aja. Tempat itu lebih keliatan kaya tempat ret-ret dibanding tempat rehab. Bayangin aja masa di sana ada kolam renang, lapangan bola dan basket (jadi satu). Terus asri, bersih lagi.

Kotbah berjalan dengan khidmat (upacara kali). Selesai. Buset pikir gue. Gue dateng cuman gini aja? gue harus dapet sesuatu selain isi kotbah.  Maksud tujuan gue sih pengen ngobrol-ngobrol sama orang yang menjalani rehab ataupun satpam ramah yang ada di sana. Akan tetapi rasa penasaran gue masih kalah dengan rasa risih gue buat memulai pembicaraan. Ada satu faktor penghalang terbesar. Karena gue seorang perempuan. Aneh ya? Tapi kalau lu ada di situ harusnya ngerti apa yang gue maksud karena di sana tempat rehabilitasi narkoba buat cowok doang (sepenglihatan indera gue sih begitu).

Kadang gue pengen banget jadi laki. Gara-gara alasan tadi itu. Pas di mobil, gue bilang nyesel ga bisa ngapa-ngapain di dalem. Terus bokap gue bilang bakal jadi aneh banget kalo gue nanya-nanya alias ngobrol sama satpam sekalipun kalau cuman empat mata. Pastinya harus ada bokap. Di dunia, ada hal yang namanya pantas dan enggak. Untuk kasus-kasus langka, ada saatnya dimana seorang wanita jadi ga bebas untuk melakukan sesuatu sesuka hatinya karena hal itu tidak wajar atau tidak umum dilakukan wanita lain. Susah gue jelasinnya. Suatu saat pasti wanita akan merasakan ketidakuntungan sebagai seorang wanita. Identitas wanita membuat gue menyadari bahwa ada pembatas yang mengekang gue untuk mengetahui lebih dalam soal hidup ini. Abstrak banget sih yang daritadi gue omongin. Begitulah uneg-uneg gue.

Gue udah lama rasanya ga menyentuh blog ini. Jadi berasa kagok nih. Maaf ya kalo ga nyambung dan bikin kalian pusing. Abis Indonesia kalah sih. Gawat otak gue makin eror. Tapi beneran deh pas mendengar bunyi priwitan tanda pertandingan Indo-Malay selesai, gue sedih banget. Makin ga nyambung. AdiĆ³s!

11 November 2012

Otakku Memikirkan Sesuatu

Sudah di depan komputer, siap mengambil ancang-ancang menulis, tetapi sekarang ga bisa ngapa-ngapain. Salah. Maksud gue ga tahu mau ngapain. Gak ada hal istimewa yang membuat gue bangga menyampaikannya

Pengen nulis. Bingung mulai dari mana.

Banyak tugas menumpuk berlebihan. Tetapi gue tiada pernah kapok begadang semalaman. Gue mencapai rekor baru nih. Tidur cuman sejem dua puluh menit pas hari jumat. Bodohnya tugas gue masih belum selesai. Akhirnya gue kumpul tugas hari sabtu (dikurangin dua poin) gara-gara saking ngantuknya pas jumat malem dan ga kuat buat melanjutkan tugas esai 3000 kata.

Banyak hal yang harus gue pikirkan sekarang ini. tetapi malas buat cari ide-ide keren. Salah satunya karena gue terlalu manjain otak gue, sehingga sekarang pas lagi dibutuhkan otak gue nge-drop kaya alien di CJ7 yang kehabisan kekuatan.

Bentar lagi uas semester satu. Dan gue berasa hari gue di sekolah semakin cepat saja. Gue berasa belum belajar banyak selama satu semester ini.

Gue orang yang ga menyenangkan untuk diajak bertukar pikiran. Gue tidak merasakan hal itu dari dulu. Akhirnya baru-baru ini gue baru sadar dan ga menyangkali lagi bahwa gue itu orang yang beraliran negativisme dan pesimitisme (kalo ada). Gue gampang menyerah, memandang dari sisi negatif.

Liat deh dari tulisan ini saja, sudah keliatan unsur negatif. ya kan?
Kalau kalian tidak percaya. Tanyakan saja pada teman-teman yang sudah mengenal gue sedari dulu kala. Mereka yang tahu.

Rasanya enak bisa nulis apa aja kaya gini. Seneng. Dan kaya dapet hiburan. Bisa ngalur ngidul. Gak ada alur. Ga perlu mikir soal kalimatnya bener atau enggak, efektif apa enggak, nyambung apa enggak, aneh apa enggak, bagus apa enggak, inspiratif atau enggak, penting atau enggak, kapan klimaks muncul dan muncul anti-klimaksnya, ada gagasan utamanya atau enggak. Apa aja yang ada di otak gue sekarang, bisa gue keluarin sebebas-besasnya dengan cara sesuka hati gue. Karena di dalam tulisan gue, gue lah tuhannya. Gada yang bisa ngatur gue dengan syarat-syarat penulisan yang benar sesuai KKBI. Gue bukan reporter, jurnalis, atau apapun itu yang terkekang pada syarat penulisan-penulisan artikel. Saat ini sih bukan.

Gue berusaha menikmati sepuasnya di masa sekarang-sekarang ini. Gue tahu ga selamanya gue bisa kaya gini terus kan? Kerjain apapun sesuai selera dan waktu gue. Dunia ga seindah masa sma dan seindah tulisan bebas gue di blog. Mereka ga bisa toleransi sama orang-orang yang kelemat kelemot. Yang lamban. Yang ga bisa taat sama aturan mainnya dunia. Orang-orang macem gitu bakal punya dunia sendiri atau terekskomunikasi dengan sendirinya seiring waktu. Singkat kata, dibuang.

Gue benci konsisten. Jauh tuh jarak antara konsisten dan hidup gue. Sungguh hidup ini dihidupi dengan perjuangan dan proses yang panjang.

Yang perlu gue lakukan sekarang adalah menyakinkan diri gue sendiri bahwa "gue mampu menjalaninya!"

10 November 2012

"Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu"
- Hemawi Taslim yang berbagi kisah mengenai pesan mengingat sosok Gus Dur



Sumber: Kompas digital (http://nasional.kompas.com/read/2009/12/30/22035589/Pesan.Gus.Dur.Berbuat.Baik.Apa.Pun.Suku.dan.Agamamu)

07 November 2012

Ini Namanya Depresi Anak Sekolahan


Hari ini aku menjadi tidak jelas. Kondisi hatiku naik-turun. Semua bikin aku gila. Baru kali ini aku merasakan hal ini. Ngantuk tak tertahankan. Sedih. Kesal. Marah. Putus Asa. Semuanya berlomba-lomba memenangkan hatiku. Aku ingin jambak rambutku sendiri sampai habis. Mungkin sinyal kewarasanku semakin buram.

Aku butuh liburan. Sungguh satu hari tanpa harus memikirkan hal-hal kompleks ini cukup buatku. Aku bisa mati sinting kalau hari-hariku terus berjalan seperti ini. Tidak ada anti-klimaksnya.

Entah sampai kapan masa kegelapan ini akan hilang dari hidupku.

Arti Menangis


Menangis kadang kala jadi solusi
Menangis itu menenangkan
Kegundahan akan tertuang sampai habis hanya dengan beberapa butir air mata
Sungguh aku tidak bohong

Menangis membuat hati seperti baterai terisi kembali
Suasana hati membaik
Dan menangis membuatku siap hadapi musuh sebesar apapun
Kali ini aku tidak akan mundur lagi
Aku akan terus maju
Sampai lawanku mundur ketakutan

Menangis beda dengan cengeng
Menangis adalah luapan emosi yang tertahan
Cengeng adalah sebutan untuk orang yang hanya bisa menggerutu dan diam saja

Aku pikir menangis itu ada keindahannya tersendiri

16 October 2012

Rancu

Antara pencitraan dan rasa simpati, sesungguhnya beda tipis.
Sulit untuk dibedakan
Aku rasakan itu
Antara benar-benar merasa bersalah
Ataukah karena tidak mau mencoreng patung indahku di mata orang
Benar-benar licik
Orang anggap aku apa sekarang
Lagi-lagi semuanya berpusat pada citra diri
Ingin diagungkan
Manusia memang tetap manusia yang ingin dituhankan

Aku sering keliru
Jadi rancu antara kedua hal ini
Aku jadi terdiam sendiri
Membatu karena rancu

13 October 2012

Hidup di Jakarta

Hidup di Jakarta resiko jadi gila. Jadi stress stadium 4.

Jakarta oh.. Jakarta
"Apa sih yang bener di sini?" pikir seorang anak SMA swasta di rumahnya bilangan Jakarta Pusat, tepatnya di kamar orang tuanya dan sedang sendirian.

MRT? udah mau dibangun, tapi mentok gara-gara kurang dana tuh katanya.
Macet adalah isu biasa. Kalau jalan di Jakarta lancar itu pasti menandakan bahwa hari itu adalah hari lebaran, atau lagi ada demo besar-besaran di istana negara.

Kotanya ga bener, yang tinggal juga sama.

Supir kopaja kupingnya udah kesumpel sama polusi. Mereka jadi budek dan kebal sama bunyi klakson yang nan nyaring bunyinya. Bus itu dengan santai menutupi jalur utama di jalan sempit macem jalan di pasar baru. Coba ke sana jam 6 dan rasakan nikmatnya paduan suara yang sahut menyahut tiada henti. Ingin naik bus atau naik bajaj atau nyari angkot? Yang perlu dilakukan ada;ah berdiri di pinggir jalan terus ngacung-ngacung tangan, pasti ada kendaraan umum yang menghampiri. Bahkan sekarang ga perlu ngacungin tangan dan tinggal berdiri doang, mereka akan berinisiatif dengan sendirinya menawarkan jasa antar dalam sekejap. Keren kan Kota Jakarta?

Halte bukan tempat buat orang menunggu bus, malah dibuat kamar bagi tuna wisma atau jadi tempat strategis buat pedagang bakmi. Mampir deh di dekat rumahku, ada bakmi enak (murah juga) dan lokasinya persis di halte itu. Halte digunakan sebagai tempat duduk bagi penikmat bakmi itu.

Ceritaku belum selesai. Aku sebagai konsumen mobil pendek ingin complain. Mentang-mentang mobil sekarang tinggi-tinggi jangan dong mengganti lampunya jadi lampu yang aneh-aneh, yang putih lah atau terangnya hampir menyamai matahari. Lampu mobil sekarang tuh kaya lampu sorot yang ada di konser-konser penyanyi taraf internasional. Kalau sedang berada di depan atau di belakang mobil lampu sorot itu, hiperbolanya kaya adegan Saulus yang dibutakan. Silaunya minta ampun. Jadi tolong hargai sedikit kami, para pengguna mobil sedan.

Lalu soal kendaraan umum yang terkenal dengan bus berwarna merah oranye atau abu-abu itu, tidak perlu kusebutkan namanya. Aku kaget ternyata bus itu bisa menurunkan di jalan, dan bukan di halte. Kata orang itu sih gara-gara dia sudah terlambat dan tempat kerjanya persis di sebelah kanan bus. Aku hanya geleng-geleng dalam hati. Aku lihat muka co-driver (aduh tidak tahu apa sebutan untuk orang yang menjaga pintu di bus) yang pasrah. Aku tidak menyalahkan sepenuhnya pada tindakan dari co-driver dan driver nya yang memutuskan untuk membuka pintu itu. Orang itu juga salah. Dia memaksakan kemauannya di atas kebijakan yang rapuh. Hancurlah kebijakan itu jika ditindas.

Mau nyicipin neraka skala kecil ga? Jam 6 sore ke halte bus merah oranye di harmoni. Padetnya sudah tidak bisa disampaikan lagi dengan kata-kata. Kesesakan tidak sampai di situ, di dalam bus juga padat seperti lagi di dalam kaleng sarden. Bau di dalam bus sedap banget. Bayangkan semua keringat, bau badan dan bau parfum tak jelas bercampur jadi satu. Ah.. Tidak mau aku membayangkannya.

"Mau buat SIM ya?" bukan itu pertanyaannya. Pertanyaannya itu adalah "punya duit berapa buat bikin SIM?". Jangan tersinggung loh, tapi memang banyak dari pembuatan SIM begitu kan? Ada paketnya lagi kayak di restoran cepat saji yang menawarkan buy one get two atau menu hemat kali ya namanya.

Gini ini manis pait tinggal di Jakarta. Mau tidak mau ya harus mau terima hehe :)
Kapan-kapan kalau aku punya cerita menarik lainnya, tidak akan kusimpan sendiri. Pasti kubagikan buat kalian juga kok.

21 September 2012

Manusia yang Tidak Dimanusiakan

Latar situasi : Pelajaran Geografi
Lokasi : Sekolahku, Kemayoran, Jakarta Pusat

Aku sedang belajar demografi. Demografi itu hubungannya dengan kependudukan. Entah sejauh apa ngalur ngidul dengan guru Geografiku, akhirnya membahas UMR di Jakarta.

UMR (Upah Minimum Regional). Masalah yang tiada ujung pembahasannya. Ada yang merasa puas, ada juga yang merasa tidak adil. Ada yang merasa diuntungkan, ada yang merasa tidak dimanusiakan. Pasti pada akhirnya ada yang harus dikorbankan karena suatu kepentingan.

Awalnya, guruku, Pak Junius, bertanya 'menurut kalian, gaji minimun seseorang berapa?' ada yang bilang 2,5 juta. Aku tidak sependapat. Aku menjawab dalam hati 1,1 juta. Pak Jun menghitung kotor di papan tulis seseorang dengan gaji 2,5 juta. Menurut perhitungan kami, satu hari dapat 30.000 (kurang lebih). Itu sih masih lumayan. Lalu, Pak Ajun bilang 'UMR di Jakarta itu 700.000'. Yang dihitung-hitung, sehari dapat jatah 17.000 (kalau aku tidak salah). Kalau penasaran, kalian boleh coba hitung sendiri.

Rasanya ingin menangis. Sungguh. Aku terdiam sejenak. Pikiranku melayang-layang di udara, menyusuri rumah-rumah di pinggir rel kereta api sampai bantaran sungai. Aku tidak mengira UMR di Jakarta, ibukota nan megah Indonesia, begitu rendah. Mereka, pekerja buruh, seorang manusia, tetapi tidak diberikan hak sebagai 'pribadi' manusia. Aku tidak dapat membayangkan 700.000 untuk satu bulan hidup. Uang sewa rumah, makan, obat, transport, belum lagi kalau punya anak banyak dan untuk urusan sekolah mereka. Bisa gila hidup di kota.

Dan perlu tahu 700.000 itu adalah UMR di Jakarta, kota besar yang katanya maju dan moderen. Bagaimana dengan UMR di daerah pelosok di Indonesia? Juga setiap penyimpangan dalam pelaksanaan UMR? Semakin dipikirkan, semakin pilu. Nyeri seperti ribuan jarum siap menusuk badanku. Aku ingin membantu, tetapi aku kembali dihalangi oleh ingatan 'Gue cuman anak kelas 11 doang'. Sekarang bukan waktunya, mungkin nanti .

Aku hidup di sebuah kotak puzzle yang isinya ribuan keping. Dan sekarang aku sudah sudah menemukan satu keping dari sekian ribu. Satu keping itu memberikan petunjuk kehidupan manusia yang penuh intrik. Kehidupan itu yang mulai memperlihatkan batang hidungnya di hadapanku dalam proses, tidak tahu itu panjang atau pendek.

20 September 2012

Serasa Mau Nyoblos Beneran

Teman-temanku lucu. Mereka bak tim sukses bapak mantan walikota Solo yang sukses itu, Pak Jokowi. Ada saja saat untuk membicarakan pidato calon gubernur. Bapak berperawakan kurus, tetapi ramah dan kalem itu. Bahkan hampir setiap guru yang masuk ke dalam kelasku, 11 SOS, 'dipaksa' dengan lembut untuk memilih calon gubernur favorit mereka itu.

Sungguh lucu. Padahal hanya dua temanku yang sudah bisa mencoblos. Sebenarnya ada tiga, tapi yang satu ini tidak legal. Jadi aku tidak tahu juga dia bisa ikut berpartisipasi atau tidak. Mereka, tepatnya salah seorang dari mereka (kupikir), telah mempengaruhi aku dan teman sekelas. Kami sudah disihir.

Serasa aku sudah saatnya untuk mencoblos saja. Terus dijejalkan semua kelemahan dari lawan idola teman-temanku.

Para pahlawan '45 terus menyuarakan kemerdekaan. Kalau kelasku, mereka juga dengan semangat '45 menyuarakan motto 'Jakarta Baru' milik Pak Jokowi - Basuki, lengkap dengan dialog dan kronologi adegan dalam final cagub di suatu siaran tv swasta. Mereka menghapal setiap dialog dengan fasih dan sangat baik, seperti sedang menunggu detik-detik ulangan harian di sekolah. Lebih  fasih daripada mereka menghapal rumus matematika yang menjadi bahan ulanganku.

Saat ini sepertinya 'semua' anak sibuk mengkampanyekan idola mereka. Mulai dari anak SMP sampai anak SMA. Bukan cuma kelasku saja loh. Tumben. Jarang terjadi hal seperti ini. Mungkin dulu juga aku tidak pernah memperhatikan karena masih bocah. Tapi kurasa kali ini beda. Tidak seperti pilkada lainnya.

Ada semangat, juga pengharapan akan masa depan kota Jakarta ini.

Tinggal beberapa saat lagi, mereka akan tersenyum lebar atau kecewa setengah mati. Aku juga berharap sih mereka akan tersenyum lebar sambil memamerkan gigi-gigi mereka sampai kering. Sangat malah.


29 August 2012

Menyendiri Dengan Tulisan

Untuk mengeluarkan sepatah kata, aku tidak mau
Untuk mengetiknya menjadi sebuah rangkaian kata-kata dari mesin elektronik di jejaring sosial apalagi
Aku introver
Aku juga ekstrover

Kadang aku hanya ingin bungkam seratus ribu kata
Kali ini saja, andai bisa ada yang mengerti tanpa aku membuka mulut samasekali
Pikiranku terus berterbangan, tetapi tidak dapat kukeluarkan dari rongga mulut
Serasa ada bulatan besar bakso yang menahan di dalam kerongkongan untuk menahan sebuah kata  keluar

Menorehkan tinta hitam pekat ke lembaran kertas kosong
Mengotorinya dengan segala kemuakan dunia
Itu paling nyaman

Yang menyenangkan reaksi tinta hitam yang berubah menjadi tulisan otentikku itu
Ia diam
Tiada suara 
Tidak keluar sepatah katapun
Seakan ia mendengarkan dengan seksama bak mendengar ulangan mendikte

Saat ini tulisan yang dapat menenangkan hatiku
Kalian coba saja sendiri kalau tidak percaya

27 August 2012

ada aja hal yang mengalihkan perhatian gue dari tugas-tugas menyebalkan gue
contohnya nulis hal semacam ini
nonton tv yang ga jelas ada acara apaan

hehe lalu muncul kembali frasa ini: 'pasukan kunang-kunang'
lucu ga?
P-A-S-U-K-A-N    K-U-N-A-N-G     K-U-N-A-N-G
ada apa dengan itu?
dan apa maksudnya?
hehe bakal gue kasi tahu nanti kalau ampe bener-bener uda fixed
apa yang udah fixed?
masih rahasia
hint: kunang-kunang biasanya ada di hutan di malam hari. Dia baru bersinar pas lagi malam. Dan memang, dia menyinari malam yang gelap
ada waktunya gue cerita ke kalian kok

gila ni hari gue abstrak banget
hahaha

19 August 2012

Manusia Bayang-Bayang

Buat apa mengerti manusia bayang-bayang
toh dia cuman bayang-bayang dari yang lain
hanya membajak manusia lain
dengan mengerti yang lain, dengan mudah mengerti manusia bayang-bayang

tidak ada keunikan

tidak begitu menurutku
aku sebagai sepertiga manusia bayang-bayang punya pembelaan
mereka juga punya originalitas
kalian saja yang tidak bisa melihat
mereka menguburnya jauh di dalam kepribadian mereka
sengaja ataupun tidak

menurutku begitu
mereka hanya kurang tampil
mereka kurang berani
tapi bukan pecundang
jangan pernah menyempitkan makna
itu bisa jadi sesat

jujur kalian wahai manusia 100 persen asli
kalian munafik jika bilang kalian 100 persen asli
siapa percaya
kemunafikan untuk sebuah pencitraan yang kelabu
tidak jelas kapan itu akan memudar
jadi untuk apa
toh abu-abu adalah  bayang-bayang dari hitam dan putih

tidak salah menjadi separoh manusia bayang-bayang
asal jangan kamu menjadi manusia bayang-bayang sepenuhnya

Damn.. I Like History Class

Gue gatau ada apa dengan gue akhir-akhir ini. Antara gue mabok atau mimpi kali ya. Gue suka sama pelajaran sejarah. Walaupun pelajaran sejarah tiga jam, gue tetep tuh bisa melek. Padahal jika mengingat masa lalu gue, dua jam pelajaran aja tuh udah menyiksa batin serta raga. Mata itu udah sayu kaya bunga mati. Namun, sekarang berbeda.

Gue tau gue agak sinting kalau bilang gue suka pelajaran sejarah. But, that's the truth. I swear to you that I'm not lying now.

Sekarang gue ngeliat sejarah, kaya cerita keluarga gue. Sejarah Indonesia kan emang sejarah nenek moyang dan kakek buyut gue. Jadi sama saja kaya asal usul gue bisa lahir gitu deh. Gue ngeliat sejarah ga kaya dulu. Gue ngerasa ada kedekatan sama hidup gue. Ada keterkaitannya.

Gue menyayangkan kenapa dulu gue bego banget ga mau dengerin pelajaran yang seru ini sejak SMP. Gue cuman ngumpat-ngumpat dengan bilang "kenapa harus ada sejarah di dunia?". Gue berasa rugi banget udah lewat 4 tahun lebih cuy, gue ada di sekolah gue yang sekarang dengan pengajaran sejarah yang laen daripada yang laen.

Gue belum berani buat omong cinta sama pelajaran sejarah. Gue bukan orang yang konsisten di dalam beberapa statement gue. Jadi, untuk sekarang ini sih suka. Mungkin cinta monyet, mungkin juga cinta beneran.

07 August 2012

dulu bosan aku sekarang lain

sudah begitu lama rasanya tidak aku menulis di netbook ini. sudah lama juga tidak bercengkrama dengan tombol-tombol dalam netbook ini.

dan kembali lagi. aku sedang tidak dalam kondisi mood yang bagus, seperti tulisan yang sebelum. bukan yang kau harapkan untuk enak dibaca. jadi jangan kecewa, karena dari awal sudah aku katakan bahwa tulisan ini akan banyak mengandung unsur negatif. jangan salahkan aku, kamu tertular virus menyebalkan ini. aku tidak bohong, bad mood bisa membawa pengaruh buruk pada orang lain. aku minta maaf jika ini membawamu dalam kondisi tidak menyenangkan hatimu dan tidak menenangkan jiwamu.

bahkan untuk membesarkan tulisanku dengan memencet tombol caps lock, aku terlalu malas.

judulku abstrak sama seperti tulisan ini. aku memang tidak mau begitu banyak membuka rahasia pribadi. untuk apa pula kamu tahu maksudku sesungguhnya, kamu juga punya masalah sendiri yang aku tidak mau tahu. aku suka misterius. aku suka kamu menebak dan menerka sendiri dengan persepktifmu yang aneh. terserah kamu saja. aku membantumu untuk berimajinasi teman.

toh ini blog untukku bebas mengekspresikan diri dalam bentuk apapun melalui tulisan. semua hak kebebasan aku yang berdaulat. untuk di sini maksudku.

semua orang ada saatnya merasa bosan untuk kematian alias bored to death alias bahasa kerennya bosan setengah mati. ini saatnya untukku mengalaminya. benar hari ini aku mengalaminya. aku tidak mengerti kenapa. wanita memang aneh. kadang berubah sifatnya seratus delapan puluh derajat. sampai tidak dapat diindentifikasi apa penyakit ajaibnya itu. memang wanita aneh.

kalian jangan berburuk sangka padaku. aku bukan anak yang selalu menggerutu dan menyebalkan seperti nyamuk. aku bukan juga seorang yang membawa hawa negatif menempel padamu jika selalu berdekatan padaku. jangan salah kira. hanya saja saat ini aku sedang tidak berkeinginan untuk menularkan hawa postif padamu.

tapi malam ini bukanlah malam yang tepat untuk menyebarkan hawa negatif di rumah. sebentar lagi aku harus menghantar kepergian saudaraku. aku paling tidak suka itu. aku tidak mau ada memori memuakkan yang direkam.

tadi boleh bosan sampai mau mati. tapi sekarang aku tersenyum sampai mau terbang.

03 August 2012

Jauh Dari Mana-mana

Tuhan rasanya hari ini menjauhiku
Dia melupakanku

Aku kacau sekarang
Sungguh amat kacau
Aku takut semua kepahitan itu terulang lagi di kehidupanku yang sudah baik ini
Jangan
Tolong jangan

Aku benci mendengar bisikan mereka soal dirimu
Tapi aku juga tak bisa pungkiri kesal dengan sikapmu yang keras seperti baja super kuat

Aku merasa jauh dari segalanya
Tidak ada yang bisa mencarikanku pintu keluar
Tidak terkecualipun
Bahkan Ia belum sempat menjawaku

Aku mendengar suara gerbang itu berbunyi terbuka
Hatiku semakin gundah saja
Perjuanganmu baru dimulai
Dan aku tidak tahu tindakanmu untuk kesekian kalinya

Sumpah
Berikan aku kesempatan untuk berbicara
Berikan dirimu kesempatan untuk mendengar orang lain
Kamu tidak hidup sendiri
Kamu bersama aku dan mereka
Jangan lupakan kami dalam setiap pikiran yang terbesit di otakmu
Ingat kamu punya aku
Mereka juga punyamu

Tapi hari ini aku merasa tidak memilikimu
kamu jauh sekarang

24 July 2012

Apa yang gue dapet di FISIP Summit UI 2012

Tanggal 30 Juni gue ke UI. Gue mengikuti kelas simulasi FISIP UI. Kepanjangan FISIP itu fakultas ilmu sosial dan ilmu politik. Itu sih kata bokap. Gue ngambil kelas simulasi komunikasi. Dan di sini gue ga bakal cerita banyak. Sebenernya gue cuman mau ngepost kutipan dari kakak-kakak mahasiswa UI maupun alumninya.


Sebelum masuk kelas simulasi, ada talkshow sama Runner Up Putri Indonesia, Mapres (mahasiswa berprestasi).  Berikut kutipan dari omongan mereka.


Kak Andhyta Firselly Utami bilang passion itu adalah sesuatu hal yang tetap bakal lu kerjakan sepanjang hidup lu jika uang sudah ga dipakai lagi sebagai alat pembayaran, uang itu dihilangkan fungsinya. Pekerjaan yang bakal lu lakukan semasa hidup lu, itulah yang namanya passion. 

Dia juga bilang menurut film 'Hugo', dikatakan bahwa manusia itu kaya bagian-bagian dari sebuah mesin yang besar. Kakak Andhyta setuju dengan filosofi film itu. Ia omong bahwa setiap mur dalam Ipad memilki tujuan kenapa ia ada dan dipasang dalam Ipad tersebut, bukan tanpa tujuan mur itu dipasang. Manusia diciptakan ada maksud tertentu yang sudah Tuhan tetapkan. Perlu kali ya gue kasi liat kutipan kalimatnya:
"I'd imagine the whole world was one big machine. Machines never come with any extra parts, you know. They always come with the exact amount they need. So I figured, if the entire world was one big machine, I couldn't be an extra part. I had to be here for some reason."
Sedangkan kak Amanda Zevannya bilang kalau apapun fakultas yang kita ambil, ujung-ujungnya bakal ke passion kita. Jadi, kalau ada kasus buruk menimpa seperti kalian masuk satu jurusan yang ga kalian suka alias paksaan dari berbagai pihak. No need to worried.


Kira-kira begitu yang gue tangkap dari talkshow orang-orang keren ini!
Ini foto-foto yang gue ambil di kampus masa depan #ngarepbanget#






09 July 2012

Say NO to bullying the dog

Kemaren gue pergi ke gunung Salak. Di sana gue ngeliat ada anjing warnanya hitam. Gue gatau jenisnya apa. Yang gue perhatikan bukan bagus atau lucu anjing ini. Gue ngeliat sebuah perbedaan yang signifikan antara anjing ini dengan anjing gue di rumah.

Di mukanya dia keliatan ada ketakutan yang sangat menakutkan. Dia bukan anjing yang pede kaya anjing gue. Anjing gue tuh emang loser banget, tapi punya kepercayaan diri yang tinggi. Anjing peliharaan gue ini berani kandang. Dia gong-gong cuman di dalem pagar rumah, pas keluar sama kucing aja didiemin. Tapi tetep aja anjing gue itu banyak tingkah alias pencilakan (gue ga bisa menjelaskan arti kata satu ini, maaf ya).

Dan gue melihat anjing hitam tuh takutnya beda sama takut anjing gue kalo lagi dimarain gara-gara kencing sembarangan. Lebih suram. Lebih muram. Gue bertanya-tanya kenapa bisa begitu. Bokap gue sih bilang itu karena banyak yang nge-bully dia. Gue sedih deh dengernya. Kenapa sih orang suka banget nyiksa binatang? Apa enak ngeliat binatang kaing kaing (suara anjing kesakitan)?

Pengen rasanya gue bawa pulang biar dia bisa dapet kebebasan. Dia memang ga dikerangkeng. Tapi dia ga bebas karena banyak yang gangguin dia. Gue ngeliat orang jalan ngelewatin dia (cuman lewat doang), terus buntutnya turun kaya udah mau putus. Kepalanya tertunduk ke bawah gitu kaya lagi ngelakuin kesalahan. Anjing ini langsung jaga jarak sama orang yang lewat itu. Mungkin karena takut. Gue ga sanggup bayangin udah berapa banyak orang yang ngelemparin batu, ngejar-ngejar ga jelas, nginjek buntutnya, nendang. pas tidur Ga bisa deh gue bayangin.

Apa daya, memang gue juga ga mungkin bawa di pulang. Satu hal yang gue tekankan jangan sakiti binatang. Mereka kan juga hidup. Mereka yang nemenin kita hidup di dunia. Jadi kita harus memelihara mereka dengan  sepantasnya. Karena, Tuhan sudah sediakan mereka ditengah-tengah kita bukan buat disiksa, tapi buat menemani kita di dunia ini.

06 July 2012

This world isn't that bad kok

Kembali lagi gue menemukan orang-orang baik di dunia. Gue juga pernah nulis di blog lama gue yang temanya sama : Polisi Baik.

Kemaren gue nemenin oma ke dokter buat konsultasi kaki oma gue sakit. Terus pas gue masuk ruangan, dia sedang menelpon nci-nci yang keliatannya kerabatnya sedang kritis. Cukup lama tuh gue dianggurin. Celingak celinguk doang gue. Tapi gue ga jadi gondok gara-gara dokternya ramah banget. Baik banget. Berasa kaya ion-ion positif bertebaran seiring ia berbicara. Terus yang jarang, dia nanya tentang gue sekolah dimana. Waw banget ga sih? Gue tau itu cuma obrolan basa-basi belaka. Namun, itu yang menurut gue yang namanya ramah.

Berikutnya, supir angkot. Gue temenin oma gue ke tanah abang. Pulangnya gue naek angkot karena emang jalurnya pas banget ngelewatin gang rumah gue. Apa yang si Abang lakukan sampai gue terbuai? Simpel kok. Dia memperlakuakan penumpang dengan manusiawi. Dia nurunin orang dalam keadaan mobil angkot itu berhenti sepenuhnya (kalo yang jahat tuh ya, kita belom turun semua kaki kita, udah jalan kali tuh mobil). Terus dia sopan omongnya sama penumpang. Dia memastikan kembali orang mau turun dimana. Simpel banget ya kan? Tapi ga semua supir angkot bisa ngelakuin hal itu loh.

Gue curhat gini tentu ada tujuannya. Buat orang yang selalu negative thinking sama dunia ini, come on lu harus liat sekitar loe. Banyak juga orang yang berhati mulia dan baik kok. Jangan terlalu pesimis sama dunia dan manusia di dalamnya :)
Coba buat dirilu tersenyum dan lebih bersemangat, ntar pasti dunia jadi berubah. Percaya deh.

27 June 2012

Pekerjaan Paling Ga Enak Versi Gue

Gue kemaren-kemaren pergi ke mall. Gue nemenin nyokap gue ke bank buat bikin buku tabungan yang baru karena yang lama udeh abis. Nyokap gue perlu nunggu untuk dilayanin sama customer service.
Pekerjaan yang gue maksud di judul itu, ya jadi CUSTOMER SERVICE. Tampaknya perlu gue list down apa saja yang menjadikan pekerjaan ini begitu sulit dimata seorang Jasie.
  • Butuh kesabaran tinggi. Nah.. Kemaren itu gue berkesempatan ngeliat adegan sinetron singkat secara LIVE. Ada seorang laki-laki yang complain gara-gara kartu ATM nya 'dimakan' sama mesin. Dia marah-marah tanpa liat orang sekitar yang udeh perhatiin dia dari kapan tahu. Dia marahin karyawan cewek. Dia cuman diem doang nungguin si bapak itu berenti ngomel. Kalau gue jadi dia bisa ikutan kebakar pala gue, bisa gue omelin balik tuh bapak-bapak. Omongnya ga enak banget, sengak gitu.

    Tapi apa yang dilakukan sama si cewek ini selanjutnya? Dia bertanya dan menjelaskan solusinya dengan suara yang stabil dan menenangkan banget. Bisa gila gue jadi dia. Haha. Dan gue yakin paling tidak sehari ada satu kejadian kaya gitu, iya ga sih? Ampun-ampun..
  • Kerjanya duduk doang. Gue emang prefer duduk kalau dibandingkan dengan jalan-jalan ngelilingin mall. Tapi kalau soal pekerjaan, gue ga demen kalo cuman duduk doang. Gatel gue pengen gerak ke sana ke mari. Gue lebih suka kerja lapangan cuy!

  • Ga bisa napas bentar saja. Maksudnya bukan gara-gara hidungnya.Yang gue maksud tuh, kerjaan nya ga berenti ngelayanin orang. Yang satu selesai, eh ada lagi, eh ada lagi, ada lagi, sampai waktunya buat makan siang atau ganti shift (mungkin) baru bisa istirahat. Capek banget kan?
Jadi, gue sama sekali ga menganjurkan deh kerja begituan. Tapi kemudian, nyokap gue bilang mereka punya kepuasan tersendiri yang didapet pas ada orang yang dari marah menggila sampai dia terdiam karena puas dengan pelayanan yang diberikan.Gue diem dan mikir. Bener juga. Gue juga sadar dengan pekerjaan semacam ini, mereka secara langsung telah mendedikasikan sebagian besar waktu hidup mereka untuk melayani masyarakat. Mulia banget ya?

Kembali lagi, itu sih sesuai panggilan ya. Ga bisa maksain juga. Yang gue tahu, gue ga bisa kerja di bidang begituan. Galak soalnya hehehe

Marinir, Saya, Mereka (1/2)


Numpang Bentar: Ceritanya panjang loh. Beneran panjang banget, tulisan paling panjang yang pernah gue buat. Haha. Saking panjangnya ampe males nulisnya. Jadi sorry bagi orang-orang yang udeh gue janjiin buat nulis ini sampai lumutan. Butuh perjuangan men. Semoga pembacanya ga bosen yah. Juga demi kenyamanan pembaca, gue akan membagi tulisan ini menjadi dua. Terima kasih atas perhatiannya.

Masih terngiang dipikiran gue, kejadian yang fantastis bombastis dan tidak mengenakkan di kamp Marinir, dua tahun lalu. Itu pertama kali sekolah gue mengikuti kegiatan pelatihan kepemimpinan di Bumi Marinir Cilandak. Dan mau tahu kesan gue? Samasekali tidak kerasan di sana. Makannya, mandinya, tidurnya, bahkan pakaiannya sekalipun tidak ada satupun yang bikin seneng.

Bayangin aja, makanannya banyak banget, tapi waktunya cuman lima sampai sepuluh menit. Gue sudah eneg duluan sebelum makan. Mandinya secepat kilat, 3 menit doang kali tuh. Rambut gue gatau deh kabarnya gimana, gatel banget. Pernahkah merasakan dimana Anda sudah tidak sanggup mencium bau tubuh Anda sendiri? Gue pernah ngerasain. Gue sampe ga rela napas pas lagi make baju yang sama selama pelatihan marinir. Kesian hidung gue, begitu sekarat menahan penderitaan tiga hari. Nyamuk di sana juga ganas, kaya nyamuk peliharaan keluarga Victoria si Drakula di Twilight yang buas banget sama Bella Swan.

Walau pada akhirnya, gue ga bisa ngelak dari kenyataan, bahwa gue emang kangen marinir dengan segala bebauan yang sumpah gue ga pengen ngebayangin lagi. Dan di dalam hati sambil malu-malu kucing, gue berkata 'Kelihatannya kalau ke Marinir lagi... Seru juga deh!'.

Sekaranglah waktunya. Waktu semakin cepat berlari menuju ke hari dimana gue harus mengikuti marinir untuk kedua kalinya. Kenapa dua kali? Karena sekarang gue kelas 1 SMA. Dan murid kelas 1 SMP sama 1 SMA diwajibkan ikut pelatihan dari marinir. Saat sebelum marinir, gue malah merenung lagi, apa gue yakin mau menjalani mimpi buruk gue yang kedua kalinya? Gue terdiam dan tetap melanjutkan packing baju-baju gue.

Day 1 - 4th July 2012
Bangun jem 4 pagi. Bangun sendiri dibantu alarm handphone. Makan popmie sama capcay buatan papa (gue nyiapin makan sendiri loh). Siap-siap. Caps ke sekolah. Nyampe di sana, hanya ada anak-anak berseragam militer luntang-lantung ga jelas. Ternyata para pasukan marinir belum datang menjemput.

Sekitar jem tujuh kurang kali ya mereka datang. Kami berbondong-bondong dibawa dengan 4 truk jumbo ala marinir dengan mobil jeep terbuka di paling depan siap membunyikan 'teot teot'nya, biar orang mau minggir. Sebelum jalan, anak-anak udah kaya artis korea yang sedang wajib militer, dipotret orang tua murid sana-sini. Terus gue denger celetukan seorang mama "Selamat menjalani hari-hari penyiksaan" (harap dimaklumi jika ada penambahan atau pengurangan kata). Well, gue berasa berlebihan deh. Gue bukan mau studytour ke neraka kale, cuman ke marinir buat latian kepemimpinan. Apa harus reaksinya ampe segitu ya?

Sampai di sana, cuaca sangat bersahabat, adeem beneeer. Segera dilaksanakan upacara pembukaan. Christian jadi wakil siswa SMAK Calvin, ada juga perwakilan dari SMPK. Gue ga deket dan kenal sama anak SMP, jadi ga bisa cerita soal mereka gitu. Mukanya Chris kalo serius tuh loh, lucu banget. Hehe. Terus abis upacara, anak-anak ditunjukkin jalan buat ke tenda. Lalu, taroh barang. Dan bersiap buat PBB.
Mungkin karena compi A (compi gue) kelihatan ogah-ogahan pas PBB, para pelatih jadi gatel buat ngehukum kami. Samar di otak gue siapa yang duluan mengumandangkan kata 'tiarap' pada compi kami, antara Pak Guntur atau Pak Rahmat. Oiya... Mereka berdua inilah pelatih kami yang senantiasa menemani kami selama tiga hari ke depan. Lanjut... Pertama kali tiarap itu ga enak banget. Kotor. Jijik. Tapi itu bukanlah tiarap yang terakhir kalinya. Karena masih banyak banget tiarap-tiarap lainnya di area yang berbeda. Bahkan nyium rumput sama tiduran di rumput menjadi hal yang biasa buat gue di sana (walau rasa jijik masih terus terasa hehee). Namun, karena keterbatasan otak gue, gue ga bisa inget secara detail kapan waktu-waktu itu secara berurutan begitu.

Sehabis makan siang, acaranya tuh outbond. Ada 2 jenis permainan yang kami mainin. Aduh gue ga ngerti namanya apaan. Yang gue tahu, kita disuruh buat turun dari atas (5 meter an ketinggiannya) ke bawah, tetapi dengan cara yang berbeda, satu dengan hentakin kaki ke papan gede gitu, satu lagi dari heli (mungkin udah rusak jadi dibuat pajangan di sono) turun gitu lewat tali. Sorry kalau rumit penjelasannya ya. Banyak cewek yang takut sampai histeris, kaya Jessica dan Monica. Mungkin ada yang lain, tapi gue sih ga perhatiin satu-satu anak.

Akhirnya cerita, mereka memberanikan untuk turun dengan dorongan semangat dan teriakan dari pelatih-pelatihnya. Hehe. Monic sampe ketagihan naik gituan 2 kali. Setahu gue sih semuanya main, kecuali JIR. Nah temen gue satu ini mungkin udeh kelewat takut sama ketinggian. Jadi, mau bagaimana lagi, ia lebih memilih untuk turun lewat tangga daripada turun dengan cara yang disuruh, walaupun udah diteriak-teriakin sama pelatih dan ditertawai teman-temannya. Semua orang punya kelemahan tersendiri kan? Hehe. Bijak banget gue ini.

Abis outbond, mandiiiiiiiiiii. Anak-anak pada lari terbirit-birit kaya dikejer setan setelah diperintahkan buat mandi, termasuk gue, supaya mendapatkan kamar mandi, paling ga ngantrinya ga yang terbelakang. Karena keterpaksaan yang sangat mendesak, gue mandi bareng Jessica. Gara-gara berasa ackward moment banget, dan bersamaan dengan itu ada yang ga sengaja matiin lampu. Muncul ide cemerlang dan autis, lalu kami berdua bilang ke mereka supaya nyalain lampunya pas gue teriak aja. It works! Haha. Jadi lebih enak mandinya dengan tanpa lampu.

Yey.. Gue bisa mandi, keramas dan cukup waktu buat bilas yang bersih sabun serta sampo yang menempel di badan gue. Namun, rasanya percuma gue mandi. Keringat mengucur deras. Rambut basah yang belum sempat kering dibekep dengan topi kedap udara. Tapi, emang udah mengucap syukur banget deh bisa mandi. Yang paling menyebelin tuh abis mandi bersih-bersih disuruh tiarap. Lagi. Oh... Yang gue gue pikirkancuma cara supaya rambut gue ga kotor kena rumput. Tahu ga temen gue ampe buat namanya Kelompok Menolak Tiarap (KMT), pelopornya tuh ada 2 orang: Celine sama Shella. Autis abis sumpah. Namun, jangan khawatir akan terjadi pemberontakan gerakan wanita itu, KMT cuman buat lucu-lucuan doang kok.

Menu makan malam tuh paling mantabs, rawon. Beuh.. Itu mah AMAJING. Enak banget. Gue menikmati bener tuh makanan. Haha. Acara selanjutnya adalah seminar singkat tentang leadership. Lalu, renungan dibawakan oleh Pak Suntar, yang kelihatannya kurang berhasil membangunkan anak-anak dari mimpi mereka tidur di kasur empuk dengan AC yang duingin dengan mata dipaksa melek. Kaya tahun lalu, kami digilir buat ngeronda malem kaya satpam kantoran. Dua anak bareng-bareng ngeronda sejam. Begitu terus ampe jem 5 pagi. Aneh deh, gue abis selesai renungan, malah seger lagi gitu. Ajaib memang.

Gue sengaja ambil yang jem 12 sampe jem 1 supaya bisa tidur lamaan tanpa ada gangguan. Sekalian ngobrol ria bareng teman autis gue, Jessica. Di tenda tuh panas banget. Gue berasa di permandian air panas. Badan gue lengket banget kaya ga mandi. Euw. Kipas yang gue bawa pun cuman mendinginkan 15% badan gue. Kami keluar bentar buat nyari udara segar. Tapi sayang gada tempat buat duduk-duduk. Coba ada, betah banget deh ngeronda. Setelah ke toilet, kami berdua kembali ke tenda. Dan sialnya, hujan turun. Tuh air hujan ngerembes ke dalem tenda pula. Dan memang tuh hari gue ga mujur, hujan turun di saat gue lagi ngeronda. Secara gue juga kesian pada tidur pules. Yauda gue bangunin anak-anak terus bantu pindahan tempat kasur (kaya tandu gitu macemnya). Nih badan udeh lengket ditambah keringetan di malam hari. WOOOH. Ruarbiasa!

Setelah gue selesai bantuin anak-anak pindahin tempat tidurnya, hujan pun berhenti. Terima kasih sekali saya ucapkan. Gue selesai ngeronda juga ga bisa tidur. Banyak nyamuk ganas dan berisik banget anak samping gue menggantikan gue ngeronda. Harusnya sih sama kaya gue sama Jess pas ngeronda, mungkin gue lebih berisik abis pake ketawa ketiwi sih. Tendanya silau euy. Demi mengurangi kesilauan lampu, gue menaruh sehelai tisu di muka gue. Tisu itu membantu gue untuk tidur, sedikit banyak.

Day 2 - 5th July 2012
Jem 4 an, Celine bangunin gue buat mandi. Karena tadi malem menjelang subuh hujan mengguyur kawasan Cilandak, olahraga cuman senam singkat. Gue udeh mandi, jadi bisa santai sama teman-teman lain. Terus kami baris, seperti biasa. Makan pagi dulu, aduh gue lupa menunya. Abis itu, ada pengecekan kesehatan, cuman di tensi doang sih.

Gak tahu ada angin topan dari mana yang memberikan ide kepada pelatih untuk menunjuk gue sebagai pemimpin barisan buat entar lomba PBB. Awalnya sih gue disuruh mimpin pas apel pagi itu. Rasanya tuh mau pingsan aja. Bisa gila. Lombanya jem 10. Dan gue baru latian jem 9 kurang? Gue mah tinggal nampang doang di depan. Sumpah. Gue ga bisa. Itu yang ada di otak gue. Kata-kata itu doang. Gue masih belum siap. Gatau deh muka gue gimana pas itu, ga karuan gue tahu. Yang gue takutkan itu kalah. Sumpah gue bakal malu kalau kalah. Mau ditaro mana tampang gue. Anak kelas 10 yang beda umur 3 taon, kalah ama mereka. Nah itu yang namanya gengsi membuat kita jadi berjuang. Motivasi yang tidak baik sih. Jujur saja, itu yang bikin gue merasa bertanggung jawab untuk memimpin dan termotivasi, serta punya kesungguhan, ya karena rasa malu itu, teman.

Pas snack time (tidak lupa mengumandangkan lagu terereret nya Pak Rahmat), gue ga napsu banget makannya. Gue menghibahkan makanan gue kepada teman-teman gue yang kelaparan di sana. Yang di otak gue cuman PBB doang. Tegang banget gue. Selesai makan gue langsung ajak latian anak yang ikut lomba, 30 orang pilihan. Gue giring mereka (emang domba? hehe) ke tempat akan diadakan lombanya, supaya tahu tata letaknya. Gue udeh senewen pas anak kelas 7 nge tag tempat dimana kami bakalan lomba. Buset... Gue juga mau latian kali. Gentian gitu. Dari situ gue udeh ciut aja. Dan keciutan gue itu, percaya atau enggak, sangat pengaruh sama tim gue. Jadi ancur banget. Gerakan ga sama. Keliatan cape dan ga semangat, bikin gue ikut bete.

Waw... Hati gue udeh gada. Hilang. Campur aduk perasaan gue: cape, bingung, bete, keki, takut, tegang. Namun, pelatih-pelatih Compi gue semangatin gue. Intinya mereka bilang semua itu dari pemimpin, pemimpin itu tokoh yang akan dilihat juri pertama kali, pemimpin itu tokoh utama, cuman pemimpin yang bisa bikin pasukannya semangat dan bikin mereka lemah. Jadi jangan memperlihatkan kesusahan di depan pasukan. Santai aja. Gitu kata mereka. Itu sesuatu banget. Gue jadi lebih tenang. 

Yang paling bikin gue semangat buat memimpin karena ngeliat dari mata mereka, 'respect'. Mereka respect sama apa dilakukan orang yang ada di depan mereka. Mereka mau sungguh-sungguh. Mereka mau dengerin gue dengan serius. Juga nyemangatin gue, padahal mereka pegel dan haus. Mereka ga bikin gue down dan ngeremehin gue pas gue salah ngomong, malah bilang 'Gapapa Jes. Lanjutin aja. Lu bisa!'. Pas momen-momen kaya gini nih bikin terharu, tapi gue pendem aja. Ada lagi, inget ga pas gue bilang kita udah siap buat lomba dan kalian bilang mau latihan lagi karena ada yang belum mantep (jalan di tempat sama periksa kerapian)? Pengen lompat gue saking girang. Seneng deh ngeliat respon kaya gitu. Beneran, gue ga pernah ngerasain seneng yang jenis itu.

Terus, ga kuasa gue ngeliat tampang Kenny K. yang udeh galau banget gara-gara kecapean. Special Thanks buat lu pada yang kecapean dan yang udeh gue galakkin sepanjang latihan. Kalian masih ga ngeluh, paling tidak gue ga denger keluhan di hadapan gue. Sumpah gue salut banget sama elu, kawan-kawan.
Gue pake ada kata-kata dulu sebelum lomba, 
kira-kira begini speech singkat gue:
(kaya yang gue bilang di atas)yang paling gue takutin di sini tuh dipermalukan di depan anak-anak SMP. That's it. Terus gue bilang kita mungkin ga akan menggunakan pake latian PBB kaya gini lagi buat kehidupan kita mendatang, tetapi kita harus tetap semangat yaaa. Ini nih bisa bikin kita lebih disiplin dan kompak satu sama lain. Daritadi udah latian cape-cape, kita harus kasi liat yang terbaik dan paling bersemangat (lalu gue tersenyum). Percuma kalau cape latian, di depan malah lesu kan?
Pertandingan di mulai. Lomba ngaret sampe jem 12 kali, gue ga ngeliat jem sih. Gue coba kelihatan relaks. Gue udeh ngeliat temen-temen gue pada tegang. Bisa pada lemes kalo ngeliat gue sedang menggeliat ke sana ke meri kaya cacing pertanda gue lagi resah tingkat tinggi. Gue memimpin doa bareng-bareng.
Akhirnya, waktu gue buat mimpin. Oh myy. Dag Dig Dug nih jantung gue. Terus, pas di posisi lomba, gue masih  bingung lagi soal  hadap kanan-kiri, soalnya letaknya gue ada di depan mereka. Dan terjadilah kekeliruan, yang bikin mereka agak gupuh gitu. Pelatih combi B juga ngengangguin dengan omong 'Yah baca...' beruuuuuuuuuuuuuulang kali. Gue cuman senyum getir. Hehe. Gue yakin banget kalo gue ga bawa kertas, bisa ancur tuh PBB gara-gara gue lupa urutan.

Penilaian terakhir tuh jalan di tempat. Dan pas gue ngeliat kertas kumel gue itu, gue mengembalikan tangan gue ke posisi siap dan tersenyum ke arah mereka. YEP... Waktunya buat unjuk gigi. Dan mereka melakukannya dengan baik, jalan di tempat bagus banget. Serempak. Kayak yang kami mau sedari latihan saat itu. Abis tuh yel-yel. Gue udah kaya monyet dah lompat-lompat di depan sambil teriakin temen-temen gue, maksudnya nyemangatin. Reaksinya beda-beda, ada nahan ketawa ngeliatin gue yang aneh bin ajaib, ada yang tambah berapi-api, hehe, gue ga gitu perduli sih, pokoknya mereka semangat. Itu intinya.

Selesai!! Lega banget ati gue. Gue lompat girang bukan main. Hehe. Pokoknya kompak banget deh.

Gue dapet priviledge buat ngendarain tank paling canggih se-Asia Tenggara. Gue tahu itu karena abis makan siang, Pak Rahmat manggil gue sama Raja. Terus dia omong deh, gue sama Raja dikasi kesempatan buat nyetir tuh tank gara-gara murid paling apa gitu gue tak ingat. Berdedikasi kali ya? Uhuy. Dia juga bilang kalau dia bahkan belum dipercaya untuk mengendarai tank itu. Tank itu dijaga bener-bener sama marinir dan dikendarain sama orang-orang pilihan doang. Di Indonesia, ada 17 tank canggih itu. Jujur gue sama sekali ga interesting belajar detail soal jenis tank apapun. Jadi, pas Pak Guntur jelasin soal seluk beluk tank, gue cuman angguk-angguk aje, sebenarnya sih gak ngerti.

Cukup disayangkan gue penakut dan ga bisa nyetir mobil manual. Karena kalo bisa, gue udeh nyetir tuh tank sampe jalan raya kali. Tetapi faktanya gue ga bisa. Dan tank itu hanya berjalan kurang lebih satu meter doang. Hehe. Langsung dipindahalihkan ke Pak Guntur. Si Raja sih seneng banget bisa nyetir gituan. Seru pas tanknya ngebut dengan kecepatan 60 km/jam. Angin menerpa rambut gue bak bintang iklan sampo. Hoho. Jadi pengen rasain kalo 100km/jam gimana kencengnya.

Terus untuk mengisi waktu sampai jem 5 (mandi :D ), kami dikasi liat dan diperbolehkan pegang senjata. Ternyata pistol beneran ga seenteng yang diliat atau seenteng pistol maenan yang isinya peluru bunder-bunder kuning. Gile berat bener. Dengan lihainya si Raja memperagakan megang senjata di depan teman-teman, keliatan udah pro gitu. Tampangnya tuh ga nahan, serius banget udeh kaya perang di depan mata pas lagi megang senjata panjang (again, gue gatau jenis atau namanya). Sambil tertawa ria kami memanjakan waktu. Akhirnya, pelatih menyerah dan memperbolehkan kami untuk kembali ke tenda dan bersiap mandi. namun, mandi tetap harus sesuai jadwal, yaitu jam 5.

Lucunya, gara-gara belum jam 5, anak cewe udah nungguin di depan kamar mandi (padahal kondisi kamar mandi sedang gada orang), supaya pas jem 5 teng bisa langsung masuk. Bodoh ya? Gue ada di barisan paling depan tuh. Lucu ga sih?? Lucu kan? Hehe.

Makan malemnya seinget gue tuh ayam goreng ala Kentucky. Emang makan malem di marinir tuh istimewa! Abis itu, kita dikumpulkan di depan tenda dan diperintahkan untuk duduk. Di sana, ada orang marinir yang presentasiin soal bagaimana bisa idup di hutan. Sekali lagi, renungan tidak berhasil membangunkan gue, sama kaya kemaren. Yang kali ini gue lebih ngantuk dan kepala gue lebih heboh goyang dombret (doengggg apaan tuh goyang dombret? Gue juga gatau, enak aja dibacanya), mungkin karena faktor kelelahan. Gue udeh pengen banget istirahat di tenda, walaupun cuman sampe jem 11 doang. Please, gue butuh merem.

Namun, apa daya, pelatih marinir bilang kita disuruh duduk di rumput nunggu giliran jerit malam. Kita boleh tidur, ya di rumput sonolah. Gue kepanasan banget. Tidur si bapak-bapak pelatih malah asik ngobrol di dekat sana. Ga bisa tidur juga gara-gara buanyak banget nyamuknya. Gue bangun, terus tidur lagi, bangun, tidur lagi. Eh jadi kaya lagunya mbah surip ya (garing super)?

Abis temen-temen tidak menunjukkan kehidupan, yauda gue tidur aja. Tapi gue udeh ga tahan sama panas nya ke lampu sorot yang silaunya melampaui lampu di konser-konser nooh. Ampun gue. Terus dibanding galau-galau an gara-gara takut, gue join kelompok kidung agung hehe. Kami menyanyikan lagu-lagu gereja. Pemimpinnya tuh Clarissa Irene sama Monica Surya, anggotanya Jesslyn Nathania, gue, sedangkan penontonnya tuh Ralph. Jadi lebih enak sih nih ati gue. Hehe. Terus kita mulai mengubah  aliran musik menjadi musik pop barat, lalu Indonesia. Banyak deh lagunya. Ehh. Si yoyo di kubu lain nyanyi juga. Akhirnya kita memadukan suara-suara kita menyanyikan lagunya D'masiv dengan lagu andalannya, cinta ini membunuhku. Eh abis itu disuruh kita disuruh ke lokasi jerit malam.

Yang cewe dibilang boleh jalan berdua. Gue sama Jessica. Kesian, mukanya pucat pas mau jerit malam, tapi sih abis itu seneng gara-gara boleh berdua. Nyatanya, cewek jalan berdua tuh cuman pas dikasi instruksi doang, kalau jalan dipisah. Najong. Jalannya sendiri-sendiri. Kalau begini sih gue juga takut. Ada pos-pos gitu. Pokoknya ikutin tali aja.

Gue jalan duluan. Aduh takut banget. Gue cuman jalan lurus doang. Ga liat kanan kiri. Dan mampus gue di depan tuh gada tali lagi, terus gue terawang-terawang kok kalo lurus sungai, mati lah gue kalau pake disuruh bernang-bernang segala. Ohh, gue salah liat. Itu hanya sebuah lapangan hijau yang sangat luas. Gue nyebrangin aja sampai ada kali setengah. Terus ada yang kaya ikutin gue, gue diemin aja. Ada yang kaya manggil gue, gue juga diemin. Daripada daripada kalo itu orang yang mau nakutin gue, mending gue jalan terus. Ternyata itu tuh pelatih, dia bilang gue salah jalur. Gue harusnya belok. Itu ga terakhir gue bego salah jalan. Yang kedua gue ampe dipanggil berkali-kali sampe pelatihnya megang pundak gue, baru gue nengok.

Gue teriak kenceng untuk pertama kali gara-gara ada pocong yang muncul pas gue jalan, di kiri jalan. Abis gue teriak kenceng banget, dia langsung ketawa lagi, rese banget. Abis itu yang kedua pas itu lagi belokan, dan pocong itu kaya lagi bersiap berdiri. Tiba-tiba dia liat gue dan teriak, otomatis gue ikutan teriak juga (keras tuh). Jadi kaya paduan suara. Itu ternyata Pak Rahmat. Dia bilang kaget pas ngeliat gue jadi teriak. Lumayan keras noh teriakannya. Kalo diinget-inget lucu juga. Yang geli tuh, kostum pocong nya ga modal banget cuman pake karung beras. Keliatan ada garis-garis biru gitu. Hahahaha. Selesaiiiiiiiiiii :D Jerit malamnya dah selesai. Gue berasa capek banget pas udeh selesai. Lemes semua rasanya badan gue.

Kita dikumpulin di satu lapangan luas banget. Trus gue tiduran aja di sono. Ga bisa tidur. Berisiknya bukan main. Kita di suruh ke lapangan itu buat nungguin sampai semua anak laen sampai selesai jerit malam.

Pendapat gue: bener kata Bapak Guntur pas anak-anak lagi gerutu gara-gara takut "Kalian tuh takut sama bayangan kalian". Menurut gue, bener banget. Gue berpikir melebihi kenyataan yang gue hadapin pas di lokasi. Lebai gitu fantasi horor gue. Padahal begitu doang gitu loh.

Nyampe di tempat marinir, kami di kasi popmie. Emang perut gue udeh teriak-teriak minta makan juga. Abis makan, gue berunding bentar untuk memilih strategi mandi. Akhirnya, kita memutuskan untuk mandi dulu baru tidur. Singkat cerita, kita langsung nyenyak bobo.

Panjang yah teman-teman ceritanya? Akan tetapi cerita paling seru, menantang, bombastis dan mengasikkan ini masih belum selesai. Belom bosen kan? Kalo bocen, Jasie jadi cedih :(
oke udeh ga penting. See yaaaaaaaaaa

10 June 2012

Goes Sepeda Bareng Ayah

Cielah judulnya jaman doeloe banget ya. Biar asoi.  Hahaha. Masih fresh nih ingatan yang keluar dari pikiran gue. Jadi langsung aja ya gue ceritain perjalanan gue setengah harian kemaren. Perhatian! Gue sampaikan terlebih dahulu, ada banyak foto-foto yang akan membuat Anda terpesona. Jadi, saya tidak bisa tanggung jawab atas reaksi Anda selanjutnya saat melihat foto wanita eksostis (: Terima Kasih atas perhatiannya.

Pagi bener, jem 7 pas, gue dibangunkan secara paksa. Dan setelah gue sadar saat itu waktu menunjukkan pukul 7, gue langsung buru-buru mandi. Byurr.. Gue buru-buru karena rencana tadi malem tuh gue bakal naik kereta dengan keberangkatan jem 7. Ternyata terjadi pergeseran waktu akibat cuaca yang mendung. Gue menyempatkan waktu untuk memotret kendaraan gue yang akan gue tunggangi selama kurang lebih 6 jem. Asiiik.
Yang dibelakang ini anjing ndut peliharaan gue.
Dan di belakang adalah mobil Civic yang antik, bukan tua.
Perjalanan pun dimulai...

Gue mulai bersepeda ke luar rumah jem 7.35. Ke luar gang. Ke jalan raya. Dan sampailah gue di stasiun Juanda dengan sepeda biru sewaan (cuman punya satu sepeda, yang dipake papa). Papa gue membeli 4 tiket: papa, gue, dan dua sepeda. Kami naik yang keberangkatan jem 7.50. Sekadar tahu, harga satu tiket kereta commuter line itu enam ribu perak. Kalau, yang ekonomi gue gak tahu tuh, ga liat sih.









               












Untung banget kereta apinya sepiii. Jadi nyaman dan tentram. Sesampai di sana, langsung pemandangan lingkungan Universitas Indonesia, calon universitas gue mendatang #ngarep#. Langsung deh gue sama bokap keliling-keliling kampus sampai dengkul sudah ingin berteriak minta dicopot saja dari persendian. Terus kami juga melewati fakultas hukum, bidang yang ingin gue dalami besar nanti #wooow#.



Akhirnya, papa mulai mengeluarkan kamera digital kesayangannya dan jeprat jepret. Jeprat jepret. Jeprat jepret. Gue sampai dongkol di ubun-ubun. Gue bukan jiwa model sih jadi agak salah kalau mau ajak foto-foto tiap waktu. Maap papa.


Berikut hasil mahakarya ayah tercinta:
Pertama-tama, gue pajang dulu muka papa gue yang paling kece dan ganteng sedunia.


Tampang gue yang udah ga enak, pertanda capek berfoto

Gaya foto kesukaan gue: 'Lompat'
Awalnya malu-malu, tapi kok jadi ketagihan ya?

Jangan liat tampangnya. Liat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya :D


Dari senyuman termanis

Berubah menjadi muka monyet marah. Hehe
Pengen banget ke sana buat liat-liat buku apa aja yang ada di dalem.
Namun, apa daya gue bukan mahasiswa sana dan bukan siapa-siapa di sana.
Jangan liat wajah gue. Entar lu mimpi buruk.
Lu liat keceriaan yang terpancar dari wajah  perempuan ini 

Karena papa tahu gue dongkol, kita akhirnya lama berkeliling dengan sepeda. Pas lagi jalan-jalan di jalan raya yang tertutup portal, gue menemukan orang-orang suara emas. Asiik banget suara kumpulan orang itu, sekitar enam orang. Cantik bener suaranya. Yang cowo nyanyi dengan elegan dan tetap merdu, yang cewe nyanyi dengan lembut. Masing-masing memperlihatkan keistimewaan suaranya, tetapi suaranya tetap nyatu. Sayang banget pas gue duduk di pinggiran buat denger mereka nyanyi, malah udeh selesai latiannya. Gue gatau sih mereka siapa, harusnya mahasiswa UI tentunya, melihat dari tempat sekeliling mereka berlatih. Papa gue bercanda dan bilang mau kali ya mereka dikasi goban terus nyanyi satu lagu aja buat kita, sambil ketawa jahil.

Setelah penat dan dengkul gue sudah lelah berteriak di bawah sana. Papa berniat makan di resto seafood di luar area UI. Papa pesen gurame bakar madu, kelapa, sama gue soda gembira. Tempatnye sih cozy. Bolehlah. Nih gue kasi liat gambarnya biar pada ngiler.



Itu kira-kira pukul 11 an. Bokap gue nanya apa mau sepedaan lagi, tentu gue jawab iya. Karena:
1. Belum tentu gue bakal ke sini lagi, kecuali kuliah di sini #makinngarep#.
2. Rugi dong nyewa sepeda jauh-jauh di Tanjung Priok, kalau pakai sepeda bentar doang.

Jadi, kita keliling, keliling, keliling lagi. Yang paling cape tuh pas tanjakan. Rasanya pengen turun dari sepeda terus tuntun aja sepedanya. Namun, sebagai pesepeda propesional gue tetap genjot tuh sepeda sambil teriak-teriak seksi. Papa gue mengatakan bahwa kami sudah benar-benar menjelajahi seluruh kampus UI #plokplokplok#. Keren bukan?

Terus sampai di suatu tempat, papa gue ngajak buat liat-liat kampung di luar area UI, soalnya di deket situ ada pintu ke luar. Jalannya nuuuuuuurrrrruuuun gitu. Gue udah mikir aja dalem hati, entar pas naek gue bakal menderita nih. Banyak rumah yang bentuknya kaya kos-kosan, tapi agak kumuh sih. Terus, berenti di perempatan gang. Mumpung lagi sepi juga, bokap gue beli aer supaya bisa duduk. Gue beli permen cupacup an. Duduk-duduk dan merenggangkan otot. Lalu, bersiap untuk berperang melawan tanjakan-tanjakan ekstrim. Wuff... Ruarrbiasa :D

Kaki gue udeh lemas deh. Terus abis dari perkampungan itu, kami langsung bersepeda menuju stasiun. Pas mau ke stasiun kan naik tangga noh, hati gue udeh keciiiiil aje. Nih sepeda berat, gue juga udeh cape, bokap gue udah jalan duluan tanpa nengok ke gua, lengkap sudah penderitaan gue. Alhasil, banyak orang yang terharu ngelihat perjuangan gue bawa tuh sepeda naik tangga. BERAT SETENGAH IDUP. Namun, pas gue mau menyerah ada pangeran dengan polo shirt putih dan topi merah datang. Hehe. Dia bantu gue bawa sepeda ampe atas. Gue langsung sontak bilang thank you ya, Pak. Gue udeh ga mikir noh umur berapa, saking hopeless jinjing tuh sepeda naik.

Pas nyampe kereta, puadet banget. Gue udeh panik. Bokap juga panik. Roda kotor sepeda bokap gue kena pakaian orang lain, sedangkan stang gue keliatannya nyangkut di tangan orang lain. Gue dan bokap terpaksa naik di gerbong khusus wanita karena gue tadi berdiri dimana gerbong wanita berhenti. So, daripada gue membuang waktu dengan jalan ke gerbong lain (dan yang ga lucu kalo tuh pintu udah ketutup sebelum gue masuk) atau nunggu sejam kemudian untuk kereta berikutnya, mending gue masuk gerbong wanita. Selain itu, gue punya analisa lain, yaitu di gerbong khusus wanita itu orangnya lebih sedikit, jadi kemungkinan roda sepeda kena pakaian orang lebih sedikit daripada di gerbong umum. Penuh perhitungan kan hidup gue? Iya dong! Maaf bagi para pengguna kereta api yang merasa terganggu. Gue di dalem kereta sih beneran ga enak hati banget.

Gue berhenti di stasiun Tanah Abang, bukan di Juanda karena kalau gue mau naik kereta yang berhenti di Juanda, gue perlu nunggu kereta berikutnya, yaitu sejam kemudian. Jadi gue ga naik kereta yang itu. Dan lagi-lagi pemandangan yang tidak asing tidak gue senangi, tidak lain tidak bukan adalah tangga. Lu tahu apa reaksi gue setelah ngeliat tangga naiknya? Mangap segede-gedenya dengan tampang paling melas yang gue punya. Gilaaaa... Ini tangga kelewat tinggi. Di Juanda masih ada eskalator, tapi di sini gada!

Gue nunggu sampai sepi. Lalu, memberanikan diri untuk menaikki tangga tersebut. Emang b-e-r-a-t. Setelah bokap gue selesai memparkir sepedanya di atas, ia turun dan menggantikan gue bawa naik. Ehh... Pas mau keluar dari stasiun, ada tangga lagi, untung tangganya turun. Kalau katanya Pak Mario Teguh, hari yang syuuuper.

Finally, gue sampe di rumah dengan selamat sentosa. Ada lah 20 km dan mungkin lebih gue lalui dengan sepeda biru sewaan itu. Sebenernya asik bersepeda jauh-jauh, yang ga enak cuman gendong sepedanya. Kalau sepeda anak SD kelas 1 sih no prob. Tapi yang gue bawa kan sepeda gede. Overall sih, SEEERRRUUU. Apa sih yang ga seru kalau ada gue #narsismenggila#. Mending daripada tulisan ini makin ga jelas ujungnya, saya sudahi dulu ya. Sekian cerita saya. Sampai jumpa di cerita selanjutnya.

Bersepeda itu menyenangkan......!!!!

08 June 2012

Pengalaman Biasa, Tetapi Tak Biasa

Hari itu, hari sabtu, tanggal 12 Mei 2012. Aku ingin menghadiri peringatan Mei. Khususnya karena undangan dari bu Ester (dari email sih). Selain itu, aku memang juga ingin tahu apa-apa saja isi acara semacam itu. Perjuangan betul aku ke sana. Sebab aku paling benci pergi sendiri. Dan pada kesempatan ini, anehnya semua orang yang kuajak tidak ada yang bisa menemaniku ke sana, satupun tidak ada. Penat dan aku menyerah untuk mengajak orang pergi ke sana.

Ada muncul ide di otakku untuk membatalkan saja pergi ke sana, toh tahun depan juga akan diadakan lagi. Tetapi, aku sudah berjanji akan menjadi wakil dari agama Kristen yang berdoa di penutupan acara. Aku memang manusia plin-plan, jika kalian mau tahu. Dan sungguh demi apapun aku benci pergi sendirian ke tempat asing. Aku rasanya belum pernah menginjakkan kakiku di MGK Kemayoran, lokasi peringatan. Papaku sedang sakit, ia hanya mau mengantarku ke MGK Kemayoran.

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi sebatang kara (temanku akan datang setelah acaranya selesai). Dengan berat hati. Sesampai di sana, dag dig dug. Debar jantung tak karuan. Aku tetap berlagak santai dan melirik ke sana ke mari untuk mencari tempat duduk duduk. Ternyata, acara peringatan diadakan di luar gedung. Aku duduk di kursi agak belakang paling kiri. Terdapat panggung kecil di depan sana dan sebuah tenda biru cukup besar yang melindungi kami dari cahaya matahari pagi. Saat itu sekitar jam 11 pagi. Tempat duduk yang tersedia tidak semua terisi, hanya sekitar 40an kursi yang diduduki, menurut perkiraanku.

Suasana peringatan Mei yang ke 14 tahun


Ini salah satu dari beberapa karikatur yang ada di dalam galeri peristiwa mei '98
Para keluarga korban diundang datang ikut berpartisipasi dalam peringatan ini. Mereka jauh-jauh datang dari Klender, Jakarta Timur. Aku memang tidak tahu dimana letak Klender. Yang aku tahu adalah Jakarta Timur itu jauh dari Kemayoran. Aku tahu dari perempuan paruh baya yang duduk di sampingku. Setahuku, ia salah satu dari keluarga korban, tetapi aku tidak tanya banyak mengenai hal itu.

Aku datang di tengah acara berlangsung. Sebenarnya agak samar ingatanku tentang susunan acaranya. Tetapi, kira-kira aku ingat sedikit susunannya. Saat aku datang, ada seseorang yang bicara mengenai kronologi peristiwa Mei serta refleksi dari peristiwa menyedihkan itu. Setelah itu, ada persembahan lagu dari para lansia wanita. Suaranya mungkin sama seperti paduan suara lansia yang lain, tetapi jujur aku merinding mendengar saat mereka menyanyikan lagu 'Indonesia Pusaka', 'Begawan Solo', dll. Acara dilanjutkan dengan beberapa peserta acara yang ikut meramaikan dengan menyampaikan sepatah dua patah kata mengenai peringatan Mei itu. Ibu Ester juga ikut berbicara mengenai Mei.

Sembari mendengarkan orang berorasi dengan berapi-api, aku melihat sekitarku. Aku menyadari terdapat sedikit kesenjangan di sini. Orang yang duduk dibagianku berbeda latar dengan orang yang duduk di bagian kanan, seperti ada tembok pemisah. Semoga kau mengerti apa maksudku dengan 'latar' pada kalimat sebelum ini. Sayang sekali. Padahal, maksud dari acara ini kan untuk lebih berbaur satu dengan lain etnis bukan?

Berikutnya ada persembahan pembacaan narasi dari kelompok, sayang aku lupa nama kelompoknya. Mereka membacakan cerpen karya Seno Gumira berjudul Clara, tentang seorang gadis Chinese saat kejadian Mei '98. Tersentuh aku mendengarnya. Di akhir acara, beberapa pihak diberikan miniatur prasasti jarum Mei. Ingin aku mencomot satu untuk kubawa pulang. Hehehe.

Yang mereka pegang itu adalah miniatur yang tadi telah aku sebutkan di atas
(gambar diambil dari om Google)
Dan yang membuat aku agak gemetar adalah perwakilan doa dari lima agama. Dan hasilnya, aku puas dengan apa yang aku katakan di depan sana. Tidak sia-sia aku berlatih di rumah dan menulis semua kata-kata yang akan kubicarakan di panggung :).

Sebenarnya saat MC bilang untuk siapa saja ingin boleh maju menyampaikan orasi, aku ingin maju. Tetapi urat malu ku masih belum rapuh dalam tubuhku, ketakutan memaksaku untuk tetap duduk menikmati makanan yang diberikan panitia. Aku tidak sebut itu orasi karena memang bukan jenis orasi, hanya sebuah pendapat. Jika kalian penasaran, berikut akan aku beritahukan apa ada dalam pikiranku saat itu :
"Saya dari sekolah biasa. Anak biasa pula. Saya mungkin tidak bisa sehebat Ibu Ester dan sekuat dirinya. Tapi sosoknya membulatkan tekad saya untuk melanjutkan kerja orang-orang seperti Ibu Ester. Juga supaya hilang pikiran negatif orang-orang pada suatu etnis. Saya tidak bisa janjikan pengaruh besar pada dunia ataupun Indonesia, tetapi saya janji akan ada orang yang bisa tersenyum karena pekerjaan saya kelak."
Saat acara selesai, aku dan temanku pergi menemui Ibu Ester. Itu bukanlah pertemuan pertamaku, tetapi inilah pertemuan personal pertama kalinya. Hehe. Kami berbicara singkat soal ikut berpartisipasi dalam acara yang Ibu Ester adakan. Tempatnya memang agak sulit dijangkau untuk anak Jakarta sepertiku, karena acara itu diadakan Tangerang, kalau aku tidak salah ingat. Lalu, ia bilang yang bisa aku lakukan sekarang adalah menulis, menulis apa yang aku lihat, saksikan, dan rasakan. Dan inilah hasilnya. Tulisan ini.

Biasa ya? Mungkin kalian merasa yang aku ceritakan itu biasa saja. Tapi menurutku, ini luarbiasa. Aku bisa menghadiri acara peringatan yang tergolong sederhana. Namun, apalah arti dari kemeriahan dan kemewahan jika jiwa kita tidak ada di situ ikut meramaikan?  Kalau aku, aku masuk ke dalam acara itu, memperingati dan ikut merenunginya. Itu yang tidak biasa.

30 May 2012

Kadang

kadang ada saatnya kamu ingin selalu didengar dan memerintah
mungkin
kadang ada saatnya dimana semua terasa berantakan dan kamu sudah tidak tahan dengan pemandangan itu,
ingin terjun ke dunia entah berantah di bawah sana
kadang ada saatnya kamu membutuhkan pelukan dan dorongan dari seseorang di rumahmu, di sekolahmu, dan di lingkungan masyarakat
kadang ada saatnya kamu hanya ingin berdiam dan mengetik mengetik dan mengetik, ingin memiliki waktu hanya dengan dirimu sendiri
kadang ada saatnya kamu merasa semua masalah berada di titik puncak klimaks bercampur aduk lalu lalang di hidupmu, kamu ingin kabur saja, ingin menangis sekeras mungkin, ingin berteriak sampai tenggorokan yang menghentikan teriakanmu
kadang ada saatnya kamu ingin berlari, berlari menjauhi dunia ini karena kamu merasa tidak berada di dunia ini, kamu tidak menapaki tanah, kamu melayang-layang, kamu merasa terasing dari dunia ini
kadang kamu ingin memeluk dan mengecup pipi semua orang yang ada di sekitarmu karena senang hatimu tak kepalang
kadang ada saatnya untukmu berdiam sebentar saja tanpa gangguan, begitu penat dan lelah, lemas raga, lemas jiwa
kadang kamu merasa hidup di alam mimpimu dan saat kamu menyadari hal itu, hanya ingin menggerutu dan menggerutu
kadang ada saatnya kamu merasa jantungmu ingin terlepas dari badanmu karena berdekatan dengan pujaan hati, perebut hatimu, perebut waktu melamunmu
kadang ada saatnya kamu tidak mengerti apa kemauan mereka, menganggap kamu manusia paling bodoh dan  aneh karena kamu tidak dapat mengerti mereka sedikitpun
kadang kala kamu merasa kecil, lemah dan tak berguna di dunia ini, peranmu tidak ada maupun tidak dibutuhkan, bahkan terlintas pikiran 'aku ini apa? buat apa aku?'
kadang ada saat kamu tidak dapat mempercayai siapapun, bahkan mereka orang terdekatmu, seperti orang asing yang tinggal di rumahmu
semua ada waktunya
kadang

tenang, tak perlu tegang begitu atau merasa tak wajar
aku juga pernah mengalami hal serupa dengamu

19 May 2012

Pertemuanku Dengannya

Aku sedang ingin bernostalgia. Aku sedang membayangkan bagaimana aku bisa bertemu dengannya. Dunia yang selama ini telah menjadi bagian dari hidupku yang kecil. Dunia yang tak kusadari sudah bersamaku selama hampir tiga tahun.

Aku juga tidak menyangka, aku jadi punya mimpi karena mengenal dunia itu. Padahal dulu, tidak pernah kubayangkan aku bisa 'terjerumus' masuk ke dalam dunia itu.  Dunia jurnalistik. Bahkan, aku tidak tahu keberadaannya di hidupku, waktu aku masih bocah. Mungkin memang Tuhan telah merencanakan pertemuan kami yang seperti tidak sengaja. Yap... Awalnya unik, aku masuk ekstrakukuler jurnalistik tanpa ada alasan yang berarti. Itu awalnya. Alasanku adalah karena aku suka merangkai kata-kata menjadi lebih bagus dan berbau puitis. Jadi, harapanku masuk ekskul itu adalah supaya bisa merangkai kata-kata dengan kata yang tepat. Simpel kan?

Namun, dari alasan simpel dan awal yang biasa, aku jadi  tahu bahwa aku tertarik pada bidang sosial dan kemanuasiaan. Ini juga berkat guru jurnalistikku yang gaul dan asik. Dia mengenalkanku pada dunia yang sebelumnya asing. Dia yang membukakan mataku kepada dunia sesungguhnya yang luasnya bukan main. Ia juga sering bercerita tentang segala berita yang berbau politik yang kian rumit, membuatku eneg sama namanya persaingan politik. Tiada habis, tiada pula ujung. Oke kita sudah berbicara tidak jelas arahnya.

Dan sekadar untuk tahu, tahun pertama ekskul kami hampir ditiadakan karena peminatnya super duper sedikit. Akan tetapi, ibu kepala sekolahku keukuh supaya tetap berdiri ekskul ini. Akan tetapi, umur ekskul jurnalistik tidaklah panjang. Ekskul sudah tidak diadakan lagi sejak semester genap ini. Guru jurnalku sudah terlalu sibuk bekerja rangkap menjadi guru jurnalistik di sekolahku dan menjadi jurnalis sesungguhnya. Tentu lebih baik ia meniti kariernya yang baru dimulai itu, bukan?

Jika mengingat pengalamanku bersama jurnalistik, rasanya senyum tidak bisa lepas. Kita, anak-anak jurnalistik, itu kompak. Kompak bikin pak guru speechless gara-gara ngerjain buku jurnal males-malesan dan ngerjain tugas nulis yang bolong-bolong. Aku pernah ingat dulu, pernah suatu saat, satu ruangan kelas menjadi bau matahari gara-gara aku habis bermain basket. ”Maaf ya”. Kami juga pernah pergi ke pesta buku bersama, tetapi tidak semua anak jurnal ikut. Kami tidak banyak memiliki waktu pergi bersama. Dan disayangkan, umur ekskul hanya seumur jagung muda.

Walaupun begitu, aku senang bisa mengenal guruku itu dan bidang yang digelutinya. Suatu saat nanti, aku akan bekerja dibidang itu. Mungkin guruku menjadi seniorku, atau bahkan atasanku. Wah... Senang rasanya membayangkan hal itu.

Aku masih aktif menulis (di blog ini), walau sudah tiada ekskul jurnalistik. Tetapi memang tidak sesering dulu, karena tugasku yang menumpuk dan kebiasaan burukku yang suka menunda, membuatku sulit membagi waktu dan bersantai. Dont try this at home, buddy!

Hehe. Itulah secuil cerita dariku. Untuk potongan-potongan cerita yang lain, biarlah menjadi pelengkap kehidupanku dan orang yang mengenalku saja.

Oh ya.. Ada satu kalimat yang ingin kusampaikan untuk guruku:
”Bapak masih ngutang ajak kita, anak-anak jurnalistik, makan-makan ngerayain kelulusan bapak loh.”