27 April 2012

Diberi lebih karena memberi lebih

Judul yang saya berikan di atas dekat kaitannya dengan: melakukan sesuatu lebih dari ekspektasi. Kalau melihat dari kalimatnya, kita sudah membayangkan hal-hal yang mengawang di udara dan sulit digapai oleh orang semacam kita. Akan tetapi, saya dapat melihat dengan tindakan pekerja rumah tangga yang dibekerja di rumah saya. Walau hal yang kecil, tetapi saya bisa liat ketulusan hatinya dalam bekerja.

Weits biar ngerti kesinambungan antara judul dan kalimat 'melakukan sesuatu lebih dari ekspektasi', mari membaca  tulisan berikut ini. Jika kita melakukan sesuatu yang lebih dari apa yang diperintahkan, suatu saatnya nanti kita akan menuai hasilnya. Kita akan diberi lebih oleh seseorang karena telah memberikan yang paling baik dalam melakukan segala sesuatu. Mungkin, pemberian itu berupa respect dari orang lain, nilai tambah pada diri, dan lain sebagainya.

Saya akan mulai bercerita soal pembantu rumah tangga di rumah saya. Dia seorang pembantu part-time, kerennya disebut begitu karena memang hanya bekerja dari jam 5 pagi sampai jam 9an. Bisa dong dibilang part-time job

Awalnya, saya merasa bahwa ia sama seperti pekerja yang lain, yang hanya bekerja jika disuruh saja. Namun, terlihat perbedaannya setelah beberapa bulan ia bekerja. Mama bilang tanpa disuruh, mbak saya ini sudah langsung mencuci setiap gelas yang terlihat di meja makan. Kadang gregetan sih, tetapi itu menurut saya menandakan keuletan yang berlebihan pada seorang pekerja rumah tangga.

Lalu, yang tidak disangka-sangka juga, ia membersihkan pegangan tangga, padahal biasanya selalu kotor dan diabaikan. Mbak saya bersihkan sampai mengkilat. Juga, rak pakaian saya yang amburadul karena tidak pernah saya tata, dirapikan sendiri tanpa ada perintah dari atasannya.

Yang saya tulis di atas memang hal yang seujung jari. Tetapi tidak tahu kenapa, saya menjadi begitu menghormati dia walau statusnya sebagai pekerja rumah tangga. Saya memang tidak memberikan reward berupa piagam ataupun piala untuknya, tetapi saya memberikan rasa hormat dan kagum padanya lewat bagaimana saya berbicara padanya dan tindakan saya terhadap dia. Walaupun, kata sebagian orang, pembantu adalah pekerjaan yang rendah.

Mbak saya tidak mengharapkan pujian atau kenaikan gaji saat melakukan hal tersebut. Itu keyakinan saya. Dan hal tersebut membuat saya lebih lagi menganggap keberadaannya daripada pekerja yang bekerja di rumah saya terdahulu, karena ia patut menerimanya. 

Maju itu Sulit

setiap pengen maju pasti ada aja rasa takut
gatau apa alasannya
cuman takut buat ngalamin yang aneh-aneh dan ga enak
pernah ga ngerasa kaya gitu?

gue emang ga sering mengalami hal itu
karena memang proses untuk maju ga gampang
dan ga selalu dialami setiap orang dan setiap saat

kadang malah pengen mundur
dan sengaja memberikan beribu alasan
atau bahkan membuat segala halangan yang mungkin terjadi menjadi terjadi
hehe

Tapi jika dipikir kembali
tantangan itu memang penting
menguji kita
sampai seberapa tahan kita diproses Tuhan
seberapa kita percaya bahwa Tuhan selalu ada di samping kita untuk menopang kita saat nanti kita terjatuh

20 April 2012

Gue itu pencuri

Gue tukang nyuri. Tiap kali mengisi bensin di SPBU, gue selalu nyolong. Tahu ga apa yang gue curi sejak dahulu? Dana infrastruktur dan  bantuan sosial buat orang miskin. Mereka sengsara dan tambah gue gencet. 

Gue sadar hal itu malam ini saat sedang membaca artikel sebuah koran swasta ternama dibagian analisis ekonomi, teman gue memberi fotocopy-an nya.  Dan itu membuat gue berpikir cukup keras tentang hal itu.

Kalian pasti sedang bingung tentang maksud gue nyolong dana itu apa. Dan apa hubungannya anak sotoy satu ini dengan ekonomi makro macem itu. Akan gue jelaskan setelah paragraf-paragraf berikut.

Gue bukan anak orang kaya yang gampang minta ini itu sama ortu gue. Itu samasekali ga mencerminkan keluarga gue. Di keluarga gue, lu mau jalan-jalan atau beli barang yang lu pengen, ya pake aja duit lu. Tetapi, ortu gue juga bukan orang  yang ga mampu untuk memberi gue makan pagi-siang-malem. Mungkin itu sebabnya cici gue bilang keluarga gue termasuk kelas menengah ke atas. Yang pasti, gue ada di bagian kelas menengahnya.

Di artikel itu si penulis bilang bahwa dengan makin banyak subsidi BBM, yang dikorbankan adalah akses infrastruktur. Padahal yang menggunakan BBM tuh kebanyakan orang menengah ke atas. Yang paling ga menyenangkan akibat diundurnya kenaikan BBM adalah  kenaikan harga bahan pokok tidak bisa diturunkan. Kembali lagi, orang menengah ke  bawah yang merasakan kerugiannya, teman. Pedagang-pedagang tidak mau menurunkan harga dengan alasan harga naik. Namun, lebih jahat lagi saat kenaikan BBM bener-benar terjadi, harga bahan pokok naik lagi. Orang miskin makin melarat.

Apa-apaan ini? Gue yang nikmatin harga miring bensin, dan yang rugi rakyat miskin. Dimana yang namanya keadilan buat mereka? Gue culik itu dari mereka.

Emang jujur kalo gue dirugiin pasti ga enak. Gada pihak yang mau dirugikan. Tapi jangan karena penduduk miskin gada suara yang kuat di pemerintah, mereka yang harus dijadikan korban. Betul tak?

Gambling antara setuju kenaikan BBM atau tidak. Gue sih setuju-setuju aja naik (secara gue juga bukan yang mendapatkan dampaknya secara langsung). Yang bikin gue ga setuju tuh sama semua pihak yang menggelapkan uang setiap orang yang udah membayar BBM nanti. Gue ga rela duit kita cuman masuk kantong celana atau dompet orang-orang pemerintah sana.

Saat ini gue percaya bahwa kuasa pemerintah bisa lah sedikit demi sedikit memperbaiki keadaan orang-orang menengah ke bawah di Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan umum seperti tertulis di UUD 1945 alinea ke-4. Walaupun, dengan keputusan ini berdampak pada keseharian gue dan butuh pengorbanan (sedikit). Akan tetapi, kenaikan bbm harus dilakukan supaya pemerintah bisa leluasa memperbaiki permasalahan tentang alokasi dana yang kaya puluhan benang kusut bareng-bareng. Mereka butuh kepercayaan. Dan kita butuh bukti sebagai modal buat mempercayai omongannya.

So, I am still watching you! hoho


08 April 2012

Hanya Ketika Tuhan Mengizinkan

Gada yang tau kapan mereka menuliskan kata "The End" di buku mereka.

Seperti cerita kakak dari omaku yang meninggal mendekati hari ulang tahunnya. Siapa yang tahu Tuhan mengizinkan ia melihat Tuhan sebelum ia menambah record umurnya?
Padahal keluarga besar mamaku sudah berbondong-bondong datang untuk berkumpul bersama merayakan ulang tahun oma. Mungkin momen itu merupakan perkumpulan terakhir dengannya. Tidak sepenuhnya salah. Hanya saja salah waktu dan perkiraan. Terlalu cepat Tuhan mengambil nyawanya.

Isak tangis memenuhi ruang duka. Sesampai di tempat penguburan pun, tangisan menghantar kepergian oma. Tiap tetes air mata seperti penghormatan terakhir dari orang-orang tersayang.

Kami, keluarga yang tertinggal di Jakarta, masih berpikir bahwa oma masih ada karena kami sulit mempercayai perkataan saja. Kami perlu melihat, baru menyadari kepergiannya. Sulit bagi kami yang jauh dari Jawa Tengah memikirkan kehilangan omaku untuk selama-lamanya.

Tuhan punya maksud. Kami tahu, tetapi tidak mencerna kata-kata itu dengan baik. Pasti tugas oma di dunia sudah selesai. Dan Tuhan ingin bertemu dengan oma, dan berbincang-bincang dengannya tentang hidup. Tidak ada yang tahu.

Manusia bisa merencanakan sebaik-baiknya masa tuanya. Tetapi Tuhan punya jam yang berbeda dengan manusia. Tuhan bisa mengubah rencana manusia itu supaya sesuai dengan milik-Nya, walaupun rencana manusia itu begitu tepat dan tertata dengan rapi.

Segala kematian yang terjadi pada keluargamu, teman dekatmu, pacarmu, kerabat kantor, atau tetanggamu, Tuhan mengizinkan itu terjadi.

Bioskop Jadul

Hari ini gue ngelewatin daerah Senen karena bokap gue yang mau bernostalgia dengan makanan masa kecilnya, lemang. Terus mata gue berhenti pada suatu gedung tua tidak terawat dengan poster-poster film yang keliatannya tidak masuk dalam jejeran film di teater bioskop ternama. Bahkan, gue ga pernah liat tuh gambar dan judul dari filmnya. Nama bioskopnya... gue kurang tau.

Lalu, keinginan gue memuncak, sehingga hal tersebut mendorong gue untuk terus berbicara tiada habis tentang ketertarikan gue mencoba masuk, melihat apa yang ada di dalam, melihat harga teater macam itu, melihat studionya, melihat bentuk loketnya, melihat tempat jual  popcorn. Dan, berhasillah gue membujuk bokap gue.

Setelah bokap gue beli lemang, makanan sejenis ketan, di pinggiran jalan, kami bergegas ke teater keren itu. Senyuman lebar tersungging di wajah gue selagi jalan dengan tak lupa membawa semangat gue yang berapi-api.

Sesampai di sana, banyak mata yang melihat gadis cantik dengan ayah di sebelahnya (mulai kumat guenya). Itu wajarlah buat orang yang jarang liat cewe seger dan manis macem gue (ohhh). Tapi serius, gue berasa aneh gitu pas lewat. Secara mana ada cewe chinese yang ke sono. Di sana ga pake pintu kaya di XXI gitu, langsung tangga. Di tangga banyak mas-mas duduk (sumpah ini ga penting). Gedung itu gede dan isinya cuman ada 2 studio teater saja. Selebihnya di belakang ada lapangan kosong, dan itu dipake maen bola sama abang-abang.

Terus, gue langsung liat loketnya. Dan memang sama seperti gedungnya, loketnya masih belum diperbaharui atau direnovasi. Secara otomatis, mata gue mencari-cari dimana tulisan harga nonton film di sana: Htm: Rp 5.000. Bisa gila ga sih? Coba aja bayangin lu nonton The Raid, Wrath of The Titans, The Hunger Games, Act of Valor, Battleship, John Carter, Lorax dengan harga Rp 35.000 saja ?????? Wow. Tiap hari gue jabanin nonton deh tuh. Sayang, itu cuman khayalan iseng gue doang.

Tapi ada satu hal yang paling menarik adalah bunyi reel filmnya dan kualitas gambar yang didapat!! Lu bener-bener kaya dibawa mesin waktu dan lagi ada di tahun 90-an. Bunyinya tuh yang kaya di pelem-pelem lama, gambar nya juga. Bedanya ini udeh berwarna dan ada duo subtitle (Inggris-Indonesia). Gaul ga tuh?

Sekedar info, studio bernamakan 'Grand'  ini dua kali lipat lebih besar dari teater bioskop yang sering Anda temui di Jakarta kota. D gedung tua itu ada dua studio.  Mungkin daritadi Anda bertanya-tanya bagaimana saya bisa tahu banyak hal. Ini semua berkat bokap gue yang meminta ijin dari bapak penjaga pintu untuk melihat-lihat studio. Kebetulan studio 1 itu sedang memainkan film chinese (dan gue juga gatau itu apa). Luuuuasssssssssss banget. Sayangnya, kegelapan menghalangi pandangan gue melihat sekeliling. Pengen sih gue coba nonton di sana. Tapi.. bokap gue lagi gak mau.

Sayang sekali lagi, gue ga mengabadikan foto itu. Tapi lain kali, gue pasti akan bawa kamera terus jeprat jepret tiap sudut bioskop jadul di Jakarta kota (semoga ada kesempatan ke sana, sebelum gedungnya ditutup).
Jadi, mau tau solusi menonton murah? Ayo ke Senen!