31 December 2013

Misi Suci Tan

Tan punya misi suci yang mendorong kami sekeluarga hijrah ke semarang. Misi suci ini dijalankan oleh setiap keluarga bermarga Tan. Kenapa gue bilang ini misi suci? Misi ini memang sangat sulit dilakukan. Bahkan baru pertama kali dimunculkan setelah sekian lama dikubur. Mungkin untuk keluarga besar lain, apa yang gue sampaikan menjadi hal yang sepele dan mudah saja dilaksanakan, tetapi menjadi sebuah tantangan untuk merealisasikannya di keluarga ngkong (baca: kakek) gue dari mama.

Nama Misi            : Reuni
lokasi                 : Sebuah hotel cukup bagus di kawasan Kopeng, Salatiga
target                 : Seluruh anggota keluarga Tan
durasi                 : Tiga hari dua malam

Bisa dibilang berlebihan sih dengan sebutan misi suci. Cuman menurut gue, reuni merupakan sebuah ritual yang seharusnya menjadi penting untuk dilakukan tiap keluarga besar. Buat apa? Menjalin relasi. Manusia itu diciptain Tuhan bukan cuman satu, tapi ada pasangannya. Emang dari awalnya diciptain, manusia ya butuh yang namanya relasi. Itu sebabnya misi ini menjadi misi suci karena menyatukan ikatan persaudaraan yang putus itu menjadi menyatu dan harmonis. Yang tadinya gamau kenal dan gamau tahu jadi saling perhatian. Di situ tuh keindahannya punya relasi. 

Nah. Gimana bisa indah kalo ga saling kenal? Agak ironis memang ketika baru tahu bahwa orang asing di tempat duduk pojok sana adalah saudara sepupumu. Itu yang awalnya gue alami ketika pertama kali menuntaskan misi suci ini. Aduh. Ga nyaman banget gak kenal siapa-siapa, cuman kenal ortu sama dua saudara kandung elu. Mati kutu di dalem ruang pertemuan.

Yang hadir ditaksir mencapai 50 orang. Dari 50 orang itu, tidak lebih dari 20 orang yang gue kenal, padahal semuanya adalah saudara gue. Gue berasa parah banget. Ini adalah saudara-saudara yang harusnya menjadi teman main gue ketika liburan looh dan teman hidup gue ketika gue mulai mengkerut. Kok belom pernah ketemu seumur hidup?

Seiring waktu berjalan, suasana beku dan dingin semakin mencair dan meleleh. Di malam terakhir, gue dan segenap saudara bermain kartu sampai terkantuk-kantuk. Gelak canda tidak luput memenuhi kamar yang mungil itu. Seneng rasanya misi ini bisa begitu berhasil dan memuaskan setiap anggota keluarga.

Gue inget nyokap pernah cerita waktu masih kecil hubungannya sama sepupu-sepupu itu dueeeeket banget. Eh.. Tau-tau pas udah berkeluarga, hidup sendiri-sendiri jadi susah banget buat ngumpul-ngumpul kaya gini. Waduh gue mikir nasib gue dan generasi ke-4 Tan. Sekarang gue ga deket sama sekali sama sepupu gue, gimana entar kita semua berkeluarga? Bisa jadi ga ngenalin pas ketemu di mall. Sedih banget kalo ampe beneran kejadian.

Gue selalu bilang sama diri gue bahwa di dunia ini kita ga hidup sendirian. Kalo kita bahagia, kita perlu membagikan juga kebahagiaan itu kepada sesama. Well, yang paling deket ya saudara kita dong? Dan ketika kita sulit, siapa yang akan membantu kita keluar dari kekelaman dan mendorong kita untuk melihat ke depan, jika itu bukan saudara kita?

Dan misi suci kami semua berjalan dengan mulus. Misi ini tidak berakhir tahun 2013. Tidak juga tahun depan. Misi ini tidak boleh berakhir di generasi gue!

Menjalin relasi itu indah. Dan akan lebih indah lagi ketika relasi itu adalah relasi yang harmonis.

Itu kan kata mutiara dari gue. Bokap gue punya sendiri. Bakal gue tulis sebagai kata penutup di post ini "pertemuan yang mengesankan akan meninggalkan makna."

Ga bagus kualitas fotonya.
Yang penting misi kami jelas telah berhasil!

07 December 2013

Pergi ke Monas dengan Papa

Gue tau yang muncul dibenak kalian pertama kali baca judul post gue. Ga banget kaya karangan anak sd soal liburan sekolah. Hehe. Tapi sorry abis karna otak gue lagi ga bisa mikir berat- berat buat nyari yang padat dan berbobot.

Gue langsung aja ya ke ceritanya. Sebenernya jadwal gue hari ini itu bukan pergi ke Monas, harusnya gue bakal menganggur di rumah, bermalas-malas di kasur sambil nonton film, menimbun lemak di rumah. Tapi, bokap malah (sengaja) ngajak pergi karna di Monas lagi ada pawai keraton apa gitu. Gue diem aja tanpa memberikan perlawanan atas ajakan itu.

Akhirnya capcus nyampe sana, kedatangan gue disambut dengan kubu-kupu biru sangat menawan terkapar di jalanan. Baru pertama kali gue nemuin kupu-kupu beneran dan megang secara langsung. Sebenernya gue takut debu-debu dari sayapnya bakal mematikan gue, tapi alhasil gue bawa pulang juga itu kupu-kupu tak bernyawa. (ini beneran paragraf curhat 100%)

Setelah mendatangi poster berisi susunan acara, gue melihat bahwa gue sama bokap gue salah hari. Harusnya tuh besok baru ada carnavalnya. Mau apa dikata, gue sudah dateng ke sana, sayang juga kalo langsung pulang. Gue berkeliling sebentar di halaman Monas.

Gue baru menyadari kalo udah cukup lama gue ga ke monas untuk sekadar mengucapkan selamat pagi pada langit dan matahari (asik). Ada banyak tanah yang digembur di sana-sini, gue ga tau istilahnya pokoknya tanahnya dipermak gitu deh. Gue melihat banyak perubahan yang udah Pak Jokowi-Ahok lakukan buat bikin Jakarta lebih enak dijadiin tempat tinggal. Contohnya acara-acara kaya gini, yang ga cuman bisa dinikmatin kalangan atas atau bawah, tapi semuanya bisa ngumpul jadi satu di sini. 

Kaya ada hawa hero berlabuh dan menetap di Jakarta.

Terus gue mikir. Nelson Mandela baru saja dipanggil Tuhan. Dunia kehilangan satu pahlawan. Tapi, bukan berarti ga ada lagi pahlawan yang lahir dan mempertunjukkan aksinya. Sukarno, pahlawan kebebasan Indonesia, memang sudah meninggal puluhan tahun lalu. Tapi, itu bukan akhir dari segalanya. Sekarang kita punya kok sosok pahlawan yang nyata. Pahlawan itu lahir dan berada di tengah-tengah kita, orang Jakarta.

10 November 2013

Find The Light

Gatau kenapa gue memberi judul ini. Tapi gue berasa telah terisi kembali. Akhirnya. Setelah sekian lama. Gue berasa kosong. Ga berisi. Otak dan hati gue. Sekarang udah ada yang isi. Gue kembali menemukan cahaya hidup gue. Dan gue ga bakal padamin cahaya itu (lagi). Gue merasa ada damai, juga gelisah. Tapi sekarang gue yakin gue ga bakal ditinggal gelisah gitu aja. Ada yang bakal rangkul gue dan menuntun gue.

Inget kalo hidup ini cuman sekali. Jangan buang-buang waktu lu selagi masih ada. Karena ga ada satupun manusia yang tahu sampai kapan mereka bisa menginjak tanah di bumi.

Finally, I find The Light. Do you?

29 September 2013

Jadikan Dirimu Senyum Bagi Orang Lain

Menurut gue ini adalah suatu berita yang worth it buat dijadikan pembuka halaman baru buat blog gue yang udah lama kutu dan debuan gak gue sentuh.

Jadi ceritanya gue dapet post yang seorang teman di sebuah jejaring sosial. Pas gue buka isinya, wedeh. Beneran ini yang lu pada butuhin. Garis bawahi "LU". Kalian bisa melakukan suatu kerjaan yang berguna dan produktif. Gak nganggur ga jelas di rumah pas weekend dan Minggu. Paling kalian ngapain sih di hari Sabtu atau Minggu? Hibernasi, maen komputer, atau jalan-jalan? Aduh. Semua itu bisa lu lakuin kapan aja. Tapi event ini belum tentu ada lagi. Jangan kalian lewatin gitu aja kaya angin lalu!!

Gue suka kutipan di website untuk menyentuh hati pembaca. Mereka berhasil 'kelitikin' hati gue.

"Berhenti mengeluh tidaklah cukup. Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup. Lakukan aksi nyata. Sekarang." 

Intinya, cuman omong kosong kalo lu pengen Indonesia maju lah, atau malu sama Indonesia atau ini itu, tapi lu gak mau ikutan bantu. Sekarang waktu yang tepat. Ini kudu banget lu ikutin. Kapan lagi lu bisa bantu seluruh anak-anak Indonesia pake tangan lu sendiri?

Gue gak mau simpen sendiri berita luar biasa ini, makanya lu jangan simpen sendiri juga ya. Daftar terus sebarluaskan! Ayo kita bergandeng tangan untuk Indonesia lebih baik. 

Haha. Gue sampai lupa kasih tahu isi berita itu apaan. Mau tau banget daritadi gue ngerusuh soal apa? klik di sini.

04 August 2013

Cahaya Sedang Main Petak Umpet Denganku

Tidak tahu virus apa yang menyerangku dan beberapa temanku. Satu hal yang kutahu ini virus kutukan. Entah apa yang membuatku terjangkit penyakit ini, tetapi kira-kira mulai dari Mei awal. Ya, itu si virus Malas Menulis yang tidak tertahankan. Aku disibukkan dengan seseorang yang sekarang resmi menjadi spesial dalam hidupku, sehingga tidak sempat mencari obat untuk penyakit akut ini. Namun, dia semakin menjadi-jadi.

Diperparah dengan hidupku yang kurvanya sedang naik turun #mengenalkanduniaips. Aku kehilangan passionku. Cahayanya telah redup remang-remang. Aku seperti manusia planet antah berantah. Aku bisa hanya duduk di kasur dan diam saja. Benar-benar persis orang idiot. Bahkan aku tidak ingat apa yang kupikirkan saa aku duduk diam di atas kasur selama beberapa waktunya yang dapat dikatakan cukup lama.

Hey, kamu, cahayaku. Kamu berkewajiban untuk menuntunku, menerangi passion ku, memberi dorongan untuk selalu bertanya dan selalu heran akan setiap hal dengand detil. Dimana kau sekarang? Aku membutuhkanmu di sini. Aku sudah selesai menghitung. Aku tidak mau main lagi denganmu. Kembalilah ke dalam hidupku. Aku sudah tidak mau main petak umpet denganmu. Tidak akan mau lagi. Nanti kamu beneran pergi dan tidak kembali.

14 July 2013

Jakun adalah masa depan

Sudah terlalu lama gue ga menyentuh blog. Rasanya jadi agak kaku dengan pembaca. So, pada kesempatan ini, gue cuman mau kasih liat yang namanya kebanggaan buat gue (konteks: sekarang)

Ceritanya foto ini dapat tercipta ketika gue ikut berpatisipasi di dalam sebuah acara yang diadakan oleh Fisip. Namanya Fisip Summit. Ini adalah kedua kalinya gue ikut acara Fisip Summit. Sebelumnya, gue juga nulis mengenai Fisip Summit 2012.

Oiya... Dari tadi gue belum kasih tahu apa sih kepanjangan dari jakun? Jakun di sini bukanlah apel yang dimakan sama Adam dan nyangkut di lehernya. Tapi kepanjangannya Jakun adalah jaket kuning yang dimiliki oleh Universitas paling kece, Universitas Indonesia.

Setiap peserta diberikan gelang sesuai dengan kelas yang dipilih mereka. Gue pilih HI-SOS. Teman gue ANTROP-KOM.

Tangan gue (hijau) dan tangan temen gue. Kebetulan dia juga menulis tentang fisip summit kali ini.

Seperti yang telah katakan sebelumnya, gue emang udah pernah sekali ke fisip summit. Tapi yang membuat fisip summit kali ini beda dan lebih meninggalkan kesan adalah yang satu ini nih. Jadi yang di bawah ini namanya hasil foto dari kamera polaroid, kalau teman-teman sekalian belum pernah lihat atau belum pernah dengar. Yang sekali jepret langsung jadi.

Ada kakak-kakak UI yang nyari dana membuka semacam photo booth simple gitu deh. Kostumnya itu jakun. Pas pertama kali ditawarin, gue gak mau karena kondisi ga mendukung: lagi sama tim gue sehingga membuat gue mengurungkan niat buat foto. Secara yang lain kaya pada diem dan ga tertarik. Kalo gue sendiri ya foto, bakal jadi model dadakan gue diliatin mereka.

Terus, pas gue pulang duluan, gue liat meja kakak-kakak itu sepi. Gue mikir bakal sayang ngelewatin kesempatan buat foto. Mumpung sepi juga. Akhirnya gue berhasil membujuk diri sendiri dan (juga) temen gue untuk ke sana.

Pada akhirnya, gue ga nyesel tuh foto di sana. Dapet ini deh


Nah selain dapet foto itu, gue juga boleh foto sepuasnya pake kamera ato hape ato apapun lah. Berhubung teman punya ipod, ga boleh disia-siakan kotak musik canggih miliknya. Dan inilah hasil editan apik teman gue.



Memang mereka bilang hanya sebuah jaket. Tapi ini adalah kebanggaan. Ini mimpi gue. Mimpi yang bakal gue kejar setahun lagi! Tahun depan gue bakal pake jaket itu lagi dengan status: milik pribadi, BUKAN pinjaman. 

03 July 2013

Gila di Dalam Cermin

Rasanya hanya saya yang pernah merasakan
Malu untuk mengatakannya
Saya merasa rendah dan buruk
Saya terlihat baik-baik saja
Tapi di dalam diri ini.
Saya gila
Ada kegilaan di dalam cermin rumah saya
Hanya saya dan Anda yang tahu sekarang

Adakah dari Anda yang juga memendam rasa ini?
Beritahu saya 
Beritahu saya bahwa bukan saya seorang diri yang gila di dunia
Yakinkan saya bahwa semuanya akan baik-baik saja
Bantu saya memecahkan cermin kegilaan itu
Dan lepaskan jiwa saya 'gar bebas menari-nari di atas angin 

12 May 2013

apa yang kita punya, belum tentu adalah apa yang membuat kita bahagia
-Ev. Maya Sianturi

07 May 2013

saya kira itu menjadi yang terakhir kalinya
ternyata tidak
saya tidak sangka

04 May 2013

Ini Perpisahan

Tak kusangksa secepat dan sependek ini
Semua memori dibiarkan mengambang
Berhenti tanpa ada penutup yang indah
Tampak begitu cepat
Nyatanya memang cepat
Hanya sekedip mata
Engkau jauh di sana
Aku juga jauh di sini
Jarak

Perpisahan yang tidak wajar dan tiba-tiba
Membuatku ingin pergi saja ketika melihatmu
Menambah kepedihan yang sudah tertanam
Ada kau di sini
Hanya mengingatkan semua yang telah terjadi
Semua yang tinggal kenangan
Yang percuma rasanya untuk diingat
Terlalu menyedihkan untuk tahu telah sampai pada ujungnya
Tak terduga

Mungkin memang Tuhan ingin ini
Tuhan ingin berakhir sependek ini
Ketika manusia tidak mengerti rencana-NYA
Biarkan Tuhan yang atur dan mengertikanmu kelak

Aku semakin percaya bahwa kata itu tidak eksis di dunia
Kata yang selalu berusaha kualihkan dari perhatianku
Sekarang kata itu puncak keraguan

26 March 2013

Menulis Itu


Menulis itu
menenangkan pikiran
memanah hati
memompa otak
melemaskan otot tegang
melatih imajinasi
menghabiskan waktu
melupakan dunia dan realita
menyamarkan maya dan nyata
menguak yang tersembunyi
menyembuhkan
menginspirasi
menyemangati
menguatkan


Untuk sebagian orang...

KTP buatku

Apakah hanya ini makna kedewasaan yang didambakan anak remaja?
Kebebasan inikah?
Sudah 17 lalu apa? Bangga? Merasa sudah menjadi orang paling matang di dunia?

Sekarang, mungkin ya. Itu bukti fisiknya. Tetapi aku yakin, aku akan menemukan jawabannya yang bukan sekadar kasat mata. Kelak. Tahun ini aku dapat satu kosakata baru. Tahun depan pasti juga dapat satu. Begitu seterusnya. Waktunya akan datang. Aku percaya. Aku yang dewasa akan datang Sekarang saatku menikmatinya saja selagi menunggu.

Terjebak Dalam Diri Sendiri


Rasanya semua orang maju, kok gue malah berjalan mundur ya?

Gumpalan sampah. Gue terjebak di dalam gumpalan sampah. Gue ga bisa keluar. Ga bisa napas. Bentar lagi gue ketemu malaikat nih, pikir gue. 

Orang lain sudah mendahului gue di depan. Padahal yang duluan lari gue. Gue ketinggalan jauh. Gue takut kalah dari mereka. Gue gamau kalah. Gak ngerti kenapa. Mungkin karena gengsi, gue yang duluan lari, pasti gue duluan mencapai garis finish dong? Logikanya kan gitu. Tapi, kenapa semua sampah ini ngejar gue sih. Mereka melahap gue. Menarik gue jauh dari arena. Sekarang gue gak berdaya di bawa gumpalan sampah. 

22 March 2013

Perjalanan dan Kado Untuk Sang Musafir Hawa

Tulisan ini berbicara tentang bagaimana perjalanan panjang seorang pemudi untuk mendapatkan sebuah KTP, sebuah identitas kebangsaannya. Yang perlu digarisbawahi adalah perjalanannya yang seorang diri saja. Hanya dia, niat dan kemauan.

Awal cerita dimulai dari meminta tanda tangan ketua RT, ketua RW, membawa data ke kantor lurah, sampai akhirnya proses pemfotoan diri. Ia lakukan semua sendiri. Tidak sekali ia datang ke rumah ketua RW untuk mendapat tandatangannya. Perlu tiga kali karena ketua RW yang dicari sedang tidak berada ditempat. Dan yang paling sulit dilupakan adalah hari ini. Mari.. Kurunut kronologisnya.

Kedatangan pertama kali ke kelurahan
Pakai celana pendek kotak-kotak. Langkah mantap dan semangat. Jalan kaki menuju kantor lurah. Matahari belum di tengah kota. Dari jauh melihat papan nama gedung. Masuk ke halaman gedung dengan agak merasa diri sang musafir keren. Namun, setelah masuk kantor, raut wajah berubah menjadi agak bodoh dan polos. Bertanya kepada seseorang di dekatnya perihal dimana ruangan membuat KTP. Kaget serta tak dapat berkata-kata, saat musafir ini tahu bahwa tidak boleh masuk ruangan dengan tanpa memakai celana panjang. Pulang ke rumah dengan keringat mengucur cukup deras, padahal baru saja mandi.

Kedatangan kedua kali ke kantor lurah
Mengenakan jeans panjang. Langkah mulai goyah. Menempuh rute dan kendaraan yang sama (berjalan kaki maksudnya) ke kantor lurah. Matahari mulai mengeluarkan sengatnya. Berhasil masuk ruangan dengan selamat. Menunggu. Berbicara dengan ibu-ibu, tidak tahu dia staf atau orang biasa. Sang musafir hawa duga, dia bekerja di sana. Kembali dikejutkan dengan apa yang dikatakan ibu tadi, perlu bawa akte lahir atau ijazah SMP. Sedangkan musafir ini hanya tahu perlu bawa surat dari ketua RT-RW dan Kartu Keluarga. Terpaksa pulang. Pulang lagi dengan kucuran (sekarang) deras keringat dan dengan kesia-siaan yang dibawanya. Bertemu dengan kakak sang musafir yang bingung. Musafir bercerita singkat. Segera pergi meninggalkan kakaknya dengan wajah masih bingung. Naik ke kamar orangtua sang musafir. Mengobrak-abrik kamar dengan tergesa-gesa, tanpa merapikannya. Makan po*ky, sambil mengademkan diri di depan kipas angin. Siap berpetualang lagi.

Kedatangan ketiga kali ke kantor lurah
Wajah sudah tebal melihat ekspresi orang-orang bingung melihatnya bolak-balik melewati gang. Berjalan dengan lelah, tidak lupa juga keringat. Tidak ingat, entah matahari langsung membakar kulitnya atau awan menyelamatkan kulitnya yang sudah gelap. Memasuki kantor lurah. Langsung duduk tanpa izin. Bertanya dengan berani apa yang sedang ia tunggu. Tidak kaget ketika tahu ia harus menunggu. Saat itu pukul 09.58. Orang yang mengurus KTP sedang rapat dan akan kembali pukul 11 siang. Musafir memilih untuk menunggu. Memasang earphone di telinganya. Mengambil buku 'Sup Gibran' dari dalam tas. Membuat diri senyaman mungkin. 10 menit berlalu. 20 menit. 30 menit. 35 menit. Ia mulai sulit membuka mata. Pandangannya kabur karena dilanda kantuk. Pukul 10.35. Seseorang bicara padanya, rapat akan selesai pukul 3. Ia juga duga begitu. Pulang dengan sia-sia dan dengan membawa nomer telepon kantor lurah dan dengan earphone yang masih menempel di telinga. Jalannya sudah tidak lurus. Kakinya berat karena mengantuk.

Kedatangan keempat kali ke kantor lurah
Menelpon kantor lurah pukul 2 kurang. Dari telepon tahu bahwa pertugas sudah bisa diajak bekerja sama. Mengenakan pakaian yang sama. Pergi dengan langkah semantap pertama kali. Berjalan dengan earphone yang setia menemani. Kali ini tanpa bawa buku dan tas. Malas dengan pernak-pernik tidak penting. Ke sana, ya untuk KTP saja. Yakin kali ini adalah kedatangan yang terakhir kalinya. Matahari sudah lelah menyinari bumi. Energinya sudah tidak sekuat tadi. Ramai di ruang mengurus KTP. Bertemu ibu itu lagi. Tebakan sang musafir hawa benar soal kedatangan kali ini. Sang musafir hawa langsung ditanyai petugas. Difoto. Juga ditanyai petugas apa tidak puas dengan fotonya dan ingin mengulang. Sang musafir dengan mantap berkata tidak. Ingin cepat selesai. Disuruh meletakkan jempolnya ke alat sensor sidik jari, lalu menekan jempolnya. Musafir hawa mengakhiri dengan bertanya kapan ia dapat KTP-nya. Akhirnya yang ditunggu-tunggu. Selesai juga. Pulang dengan hati senang. (Yang ini tambahan saja. Pergi ke Indo***et. Menghadiahkan dirinya sendiri sebungkus keripik dan permen kenyal, setelah menempuh perjalanan yang panjang. Tanpa pikir gendut dan batuk.)

E-M-P-A-T kali. Sang musafir empat kali ke kantor lurah (bolak-balik) dalam satu hari. Panjang bukan harinya? Ya. Memang benar panjang dan melelahkan. Namun, sang musafir malah berpikir lain. Ia pikir perjalanan ini seperti kado ulang tahun ke-17 dari keluarahan tersebut. Menyadarkannya dan membuatnya melihat diri sudah dewasa. Sudah seharusnya bisa menyelesaikan masalah sendiri dan mandiri. Itu kado yang ia dapat dari perjalanannya hari ini. Usia 17 tahun dan KTP adalah tanda bahwa ia perlu bersiap-siap menghadapi dunia dan realita yang jauh berbeda dengan dunianya dan lingkungan sekolahnya.

Perjalanannya masih belum selesai karena kedatangan keempat kalinya bukanlah kedatangan yang terakhir. Senin depan, sang musafir hawa akan pergi sekali lagi ke kantor lurah dan akan benar-benar resmi memiliki kebangsaan dan tercatat dalam buku arsip kependudukan bahwa ia ada di bumi Indonesia, berlokasi di Jakarta, kota yang selalu melek, Ibukota Tanah Airnya. Dan pula bukti bahwa pemudi ini asli made in Indonesia.

Setelah tahu betapa panjang perjalanan yang telah dilalui, ia bangga.

Saya bangga.

Puisi Cinta (Seenaknya) Gue

Ini puisi cinta
Gue sih sebutnya puisi
bukan kacangan
bukan gombalan garing
bukan romantis-romantisan

Ini namanya cinta
usia beda jauh atau dekat ga jadi soal
ras beda kaya langit dan bumi ga ada urusan
namanya juga cinta

cinta yang menutup mata menjadi katarak setebal dosa
tompel sebesar apapun akan menjadi eksotis

cinta itu gula alami Tuhan yang cipta
puyer dengan senyumannya sama dengan jus alpukat dari surga
Ha-Ha

cinta itu olahraga jantung
cinta paksa jantung bekerja 3 kali lebih keras
bahkan SEPULUH kali mungkin
siapa tahu?

kalau lagi kasmaran,
cinta itu obat anti-mengantuk paling mujarab sedunia
dosis kafeinnya melebihi segalon teh dan kopi tubruk pekat

itu semua cinta remaja
masih ringkih
ditiup semut, runtuh berantakan jadinya

tapi yang sama dari semua kalangan penikmat cinta adalah
cinta itu guru
melatih untuk mengalah
menekan ego
saling percaya
dan yang paling utama adalah setia

04 March 2013

Coba deh jalan di tengah hujan, malam-malam, di gang rumah, sendirian, sambil memegang payung, dan tak lupa menancapkan earphones di telinga dengan suara cukup keras, lagunya Phil Philips yang judulnya Home, dan terdengar samar-samar bunyi hujan ang sebenarnya cukup deras dari dalam kupingnya sedang mendengar lagu, rasakan air bercipratan ke kaki, udara sejuk merasuk tubuh. Aduh... Nyaman sekali :) Gada mati deh

03 March 2013

Ada Apa Dengan Microsoft Word Kosong?


Guru ekskul gue yang juga adalah teman seusia gue yang juga adalah kakak senior gue menyadarkan bahwa sebenernya Microsoft Word yang kosong itu menakutkan dan menyeramkan. Suwer deh. Gue makin dipaksa nulis, makin mampet. Microsoft Word seperti memaksa gue lewat pikiran. Gila. Kenapa baru sadar sekarang ya? Dia sekarang udah berani dan mampu melawan Ms Word kosong tersebut. Gue juga harus bisa!

Perihal Lari Sore dan Senayan

Ya, Minggu sore lalu, tepat seminggu, aku pergi jogging. Inginnya sih pergi ke tempat lain selain di rumah untuk sekadar membaca buku dan mendengar musik dengan autisnya, tetapi memakai kata jogging sebagai topeng, biar keliatan lebih keren. Memang benar aku lari sore, 4 kali keliling Gelora Bung Karno, setelah itu baru aku duduk menikmati  kesendirian.

Untuk pengetahuan nih, haha, aku yang menjadi sopir kali ini, bukan papaku. Benar-benar dari awal perjalanan hingga sampai dengan selamat di Senayan. Dan mesin tidak mati selama aku mengendarai. WohoO!

Banyak hal yang kutemui dan kupikirkan saat sedang lari sore. Hanya lari sore. Bayangkan ya betapa Tuhan menciptaan manusia begitu unik, aku dan kamu. Hanya dengan sebuah lari sore saja, banyak ide mencuat di benak seseorang, termasuk diriku.

Setiap kali aku lari, aku selalu mengobrol. Entah kau sebut ini normal, atau aneh. Aku bicara pada diriku. Paling sering yang isinya demikian dalam bentuk kata yang beragam:
Jas, lu bisa satu puteran nih. Inget perut rata. Woii perut lu bakal rata. Ginian tuh sepele. Masa ga kuat. Ini bikin lu sehat. Lu barusan makan kan? Nah sekarang waktunya ngebakar lemak-lemak jahat itu.
Atau
Buset dah ini ibu-ibu jiwa muda banget sih ampe silau gue ngeliat dandanan nya.
Atau
Nih orang sih gaya larinya lucu parah loh, ga boong. Kurang laki amat. 
 Atau
Pokoknya gue ga boleh kalah sama bapak itu. Gue bakal lari terus sampai dia berenti lari. 
Disisi diriku satu lagi berkata: Sumpah nih bapak kuat banget. Jantung gue bisa copot kalau ikutan lari sampai ini bapak berenti lari. Ga kuat. Udah deh. Gue kalah. (dan biasanya gue beneran langsung jalan lunglai dengan tampang abis disiksa majikan)
Saat sedang  jogging, paling tidak ada satu orang, perempuan biasanya, yang memakai pakaian yang benar-benar tidak cocok untuk dipakai untuk berolahraga, sering kita sebut salah kostum/saltum. Antara terlalu norak, terlalu ketat sehingga memperlihatkan seluruh lekukan dan lipatan tubuh mereka, terlalu berlebihan, ataupun terlalu ingin berpenampilan seperti anaknya yang masih belia. Seringkali, mereka ini menjadi pusat perhatian karena memang eye-catching, tidak aku sangkali hal ini.

Ada yang karena pakaian yang dikenakan membuat dirinya eye-catching, ada pula karena gaya larinya. Gaya lari ada berbagai macam, mulai dari yang lucu sampai aneh. Mulai dari gaya lari perempuan seksi sampai gaya lari orang macho. Semuanya ada deh di sini. Ada orang berlari, pasti ada tukang minuman. Ada tukang minuman, ada juga tukang bakmi, tukang siomay, dan ibu penjual tempe mendoan yang siap melayani orang yang lelah dan berkeringat. Semuanya seperti saling terkait.

Bagiku, itu bukanlah masalah atau gangguan, tetapi menjadi keunikan saat lari sore. Aku senang  melihat mereka, laki-laki maupun perempuan, yang rajin berolahraga. Walaupun memakai pakaian dan sepatu seadanya, ada juga yang pakai sendal bahkan, mereka sadar akan pentingnya menjaga tubuh untuk tetap sehat.

Mungkin bukan saja untuk sehat, tapi juga keuntungan buat yang lagi kasmaran. Tidak sedikit loh orang yang masih muda lari bersama. Lucu deh lihatnya. Tampang mereka yang begitu menikmati sesi berolahraga, rasa dunia milik berdua dan ingin menghentikan waktu. Tawa canda riang yang terlihat dari air muka. Bukan cuma pasangan muda yang kulihat, pasangan tua juga ada. Aku lihat mereka begitu semangat dan aduhai... masih mesra. Aku ingin bisa seperti mereka saat tua nanti. Bisa jogging atau jalan sore bersama orang yang dicintai sambil mengingat masa muda up and down, juga saat cinta mereka mulai bersemi. Indahnya hidup ini. Hehe.

Akan tetapi, semua suasana nyaman dan tentram yang telah dirajut selagi berlari santai dihancurkan oleh asap kendaraan. Ah... Aku benci mereka. Mereka egois. Tidak tahukah mereka, orang di sini, untuk mencari udara bersih dan sehat? Mereka malah membuat orang-orang tidak betah. Mereka hanya ingin enaknya saja. Inginnya sejuk sedirian, tetapi mengotori udara di jalanan Gelora Bung Karno. Inginnya santai di dalam mobil dengan mendengar lagu, tetapi membuat setiap orang yang melewati kendaraannya harus menahan bau asap berbahaya itu. Bisakah kalian matikan mesin, keluar dari kendaraan kalian, dan nikmati udara segar selagi masih ada dan bisa dihirup?

Kekesalan pada mobil seketika hilang saat melihat keceriaan anak-anak kecil melihat seorang paruh baya penjual gelembung melakukan atraksi gelembung. Mereka seperti berada di dunia khayangan dan dunia mimpi. Tawa mereka meledak dan senyuman tak henti ketika gelembung menghiasi sekeliling mereka, membuat gigi-gigi yang belum banyak tumbuh dipamerkan secara otomatis. Aku juga liat anak perempuan usia dua tahun-an yang berkaus kutang dan celana dalam pink memakai sendal bapaknya (mungkin) juga asyik dengan gelembung yang bergerak-gerak terbawa angin. Mau orang tua mereka banyak uang atau banyak hutang, semua anak, tidak terkecuali,  memang suka gelembung.

Di satu sisi aku melihat banyak keluarga yang ceria, membawa sanak saudara pergi bersantai di Senayan, menikmati angin sore yang menyejukan. Makan bersama-sama yang harganya terjangkau bagi orang awam, walau makanan sederhana. Di sisi yang lain, aku melihat nenek tua, sendirian tanpa ada pembeli, berjualan ala kadarnya dipojokan pintu masuk stadium. Kadang aku melihat ketidakadilan di dunia ini. Mungkin karena aku melihat dan mengerti separuh saja, atau mungkin seperempat dunia ini saja ya?

01 March 2013

Apa yang  sebenernya bikin perbedaan di dalam berteman dan bergaul? Kenapa bisa ada geng eksis dan geng terbuang?

"Masalahnya gampang. Lemah lembut, rendah hati, dan saling mengasihi."
- Guru Teknik Presentasi di sekolahku

Setuju banget!
"Ga semua orang Tuhan ciptakan untuk melakukan hal yang besar."

27 February 2013

Dimensi Kehidupan

Gue kira hidup anak SMA cuman gitu-gitu aja. Ya di rumah, hang-out, nonton bareng, sekolah, main, dan kembali ke rumah, dan akan terus seperti itu. Gue kira hidup anak SMA bakal ya gini dan ga akan lebih dari ini. Menyenangkan, tapi flat.

Ternyata mereka punya dimensi yang lain, yang baru gue sadari sekarang. Mereka punya cara sendiri untuk  mewarnai kehidupan. Ada yang penuh dengan bulu babi, tajam-tajam, penuh bahaya, tetapi katanya sih menantang. Ada juga yang penuh dengan kapas, yang empuk dan memanjakan. Banyak sekali jenisnya.

Dunia gue itu kecil banget. Kalau dihiperbolakan tuh, kaya gumbalan debu di galaksi bima sakti. Itulah luasnya dunia, bahkan lebih lagi.
Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!
Yesaya 55:6

Jadi kapan melayani Tuhan? Sekarang! :)

Untuk Kak Christo

Sabtu dan menganggur. Gue ga kenal dia siapa. Sama sekali. Tapi terus gue ngeliat ada seseorang yang gue tahu di UI nge-ReTweet sesuatu yang aneh. Kira-kira dia omong gini "gue terharu baca ini. Cepet sembuh ya, To! (terus ada linknya gitu)" Muncul radar stalker gue tiba-tiba. Lalu, gue buka link tersebut. Link itu mengantar gue ke sebuah perjalanan kisah yang mengharukan.

Ia adalah mahasiswa UI yang mengalami kejadian naas saat perjalanan menuju kampus. Itu bulan Desember, dan sekarang masih dalam proses penyembuhan, karena emang kecelakaan itu berakibat fatal buat fisiknya Kak Christo. Untungnya cepat ditangani dokter. Sampai sekarang sih berita yang gue baca dari blog, dia sudah baik-baik. Kalau mau tahu lebih jelas, coba deh baca ini, Teorema pagi namanya. Dan ini pesan-pesan dari teman-temannya kak Christo yang pernah bosan kasih dukungan buatnya di rumah sakit. Ada beberapa memo yang bikin mata gue berkaca-kaca. Beneran berkaca-kaca. Antara benar-benar tersentuh jadi berkaca-kaca, atau karena terbawa suasana, entahlah yang mana.

Sesuatu yang gue tangkap dari bacaan di dalam blog itu adalah ketulusan hati seorang teman. Gue terharu ngeliat temen-temen Kak Christo yang berusaha keras buat bantu biaya pengobatannya, yang gue yakin ga kecil. Bayangin aja Ka Christo perlu operasi buat tempurung kepalanya, dan nanti untuk tulang belikatnya yang patah. Yang pasti itu butuh biaya yang besar. Temen-temen Kak Christo ga habis akal buat bantuin Kak Christo. Mulai dari jual buku berisi puisi dan tulisannya Kak Christo, mug, tas ramah lingkungan, sampai buat acara musik gitu. Gue yakin itu bukan pekerjaan yang mudah. Namun, gue rasa setiap tetesan keringat yang mereka keluarkan, air mata yang telah tercucur dan kata-kata semangat yang tidak pernah berhenti keluar dari mulut mereka demi untuk kepulihan teman mereka. Keren banget ga sih? Ini gue kira baru yang namanya pertemanan sejati.

Gue mau beli buku itu dan juga menulis soal Kak Christo karena gue ngeliat kerja keras temen-temen Kak Christo yang ga main-main. Gue ngehargain banget :)
Good job kakak-kakak!
Dan cepet sembuh ya, Kak Christo! Walaupun gue ga kenal dan ga tau elu. Gue tau bahwa lu dikelilingin sama  temen-temen yang baik dan super care sama elu. Kalo lu udah sembuh sepenuhnya, keliatannya lu perlu peluk temen lu satu-satu, kak. Semangat ya!

23 January 2013

cuek menjadi perlu

di dunia ini, di sekitar kita, banyak hal ga perlu diketahui
ga perlu dicari tahu
ga butuh juga untuk dicari tahu

semua itu baru disadari setelah gue tahu hal-hal yang ga perlu diketahui
memang benar
sebenarnya ga penting buat gue tau
tapi kenapa harus kepo dan bersikeras buat tahu hal itu?
informasi itu cuman nyusahin, menyita waktu, membuyarkan fokus gue untuk hampir segala aspek kehidupan remaja menjelang kedewasaan ini
bahkan, terkadang itu malah menyakitkan lu sendiri
bodoh ga sih?
pengen tahu sesuatu, tetapi sesuatu yang udah pasti bakal nyakitin perasaan elu

gue sadari satu hal
cuek itu ternyata ada gunanya juga
untuk kasus macam gini
butuh banget yang namanya cuek
ga usah liat kanan kiri omong apa
biarin aja
tutup kuping lu dan jalan terus
jangan mau diganggu sama urusan yang bukan menjadi porsi lu untuk tahu

09 January 2013

Takut Bego Kelamaan Libur

Semua ini berawal dari chat sama temen soal kemalasan menghadapi hari esok, hari dimana gue harus memanggul tas berat dan beban pikiran ke sekolah. Haha. Gue bilang sama dia 'takut bego kelamaan libur', tanpa mikir panjang-panjang secara gue lagi kena virus males di masa liburan. Terus gue mikir-mikir lagi soal apa yang gue omongin ke temen gue ini. Bener ga sih? Coba ikutin jalan pikiran gue, ga butuh tenaga banyak buat mikir kok.

Kerjaan gue liburan itu tidur, makan, nonton, mandi, ke toilet, ngobrol, online ga jelas, menguntit orang di twitter (haha ketauan deh.. Ati-ati ya sama orang yang udah gue follow). Udah gitu doang. Bahkan gue ga meluangkan waktu libur untuk baca satu aja buku cerita sampe abis. Gue nonton film sepanjang hari. Running man, dan film berkualitas lainnya kaya... Parah. Gue aja ga inget udah nonton film apa aja selama liburan, satupun ga gue inget! Liatkan bahayanya kalo liburan makin diperpanjang?

Bisa-bisa tiga minggu lagi, gue udah ga bisa baca. Ini bagian yang dihiperbola. Tapi gue serius, gue takut jadi bego karena ga mikir yang susah dan rumit. Walaupun terkadang masuk sekolah mengandung unsur-unsur yang merepotkan gue, menyiksa otak gue, dan kaya lagi jambakin rambut gue sampe rontok. Tetap aja, kalo kelamaan libur malah bikin gue jadi kaya susah konsen gitu. Kemaren-kemaren, gue diajakin omongin ngobrolan berat, langsung cengok. Kalo di film tuh, otak gue mengalami konsleting hebat sampe ada kilat-kilat keluar dari rambut gue.

Jadi, bagus deh sekolah lagi. Paling enggak ada yang manasin otak gue biar ga bego dan tulalit karena kelamaan bercengkrama dengan rutinitas yang tidak sehat dan efisien :)

Boleh dong sekali-sekali ga sebel, bete, atau galau, karena libur telah habis dan waktu-waktu menyenangkan penuh kegilaan bareng teman lu di sekolah tinggal beberapa jam lagi?

Ayo semangat sekolah!

05 January 2013

Joy of This Little House

"... I just realized that those days I've spent with my mom, full of blah blah tellin me to do this and that, is used to be drivin me hell crazy. But you know one thing
when she's out of town. Just me, Jas, and Dad. That house in a total silent. Meaning she brings the things that irritated me & Jas. But absolutely bring JOY in this little house. "
- Taken from Nedra's book

Yeah.. Perhaps I felt the same feeling with her :)