25 December 2012

Kehangatan Natal Minus Duapuluh Empat


Natal kali ini? Biasa aja. Biasa banget malah.Sebenernya ga sah gue bilang biasa banget, karena gue udah lupa natalan tahun lalu ngapain. Malam natal kemaren gue pergi ke gereja. Dan yang perlu digarisbawahi itu, kali ini gue duduk bersama papa, mama, dan cici. Biasanya pasti sama temen. Namun, entah mengapa, gue lagi pengen menghabiskan waktu kebaktian natal bareng-bareng aja. Terus langsung pulang dan pules semua setelah menempel dengan guling.

Pas natal, gada kebaktian. Jadi, aktivitas di pagi sampai siang hari adalah bernang. Lalu, terkapar di sofa ruang tv. Malemnya, ada big feast di rumah. Jangan bayangin ada chef hotel bintang lima yang nyiapin chinese, italian, japanese, korean cuisine dengan diramaikan band yang diundang dari luar negri dan berfasilitaskan lantai dansa, juga lampu bundar kerlap kerlip. Ini sih jauh banget. Cuman makan sekeluarga + tamu special cici gue, yang satu lagi ga dateng. Makan sama ngomong-ngomong aja. Gue minum wine dengan kalap dalam upaya mencoba mendefinisikan sediri kata ‘mabuk’, tapi ga kuat sama pahitnya anggur itu.

Kalau dibaca dan ditelisik sekilas, natal gue tahun ini sederhana. Tapi unsur hangatnya ada banget. Gue suka hangat. Kaya perasaan pas lagi di Swiss, duduk melihat pemandangan, minum susu hangat, sambil megang gelas itu untuk menghangatkan tangan yang hampir jadi es. Yap, itu yang namanya hangat. Bukannya emang kehangatan yang kita semua cari di malam natal dan malam-malam berikutnya?

Sayangnya koko gue gada di Jakarta. Kehangatan yang minus duapuluh.

Terus yang lain dikemanain ya? Mari lihat pembagian jenis-jenis kehangat berserta poinnya.
  • Jakarta yang dingin akhir-akhir ini buat gue jadi hangat di rumah bareng keluarga (20 poin). Suhu itu sangat menentukan kenikmatan, kebersamaan, dan kehangatan keluarga. Teori gue sih begitu.
  • Libur yang gue jalani akhir-akhir ini menyenangkan dan rasanya belum menyentuh titik kebosanan (30 poin)
  • Suasana makan barusan (15 poin)
  • Akhirnya kebutuhan sekunder gue terpenuhi, ngidam pizza (6 poin)
  • Gatau gue lagi seneng aja (5 poin)
  • Tapi, karena laptop gue lemot ga jelas sebabnya bikin gue mengeluarkan sumpah serapah (kurang 4 poin deh)
  • So, kalo dijumlah sama ketidakberadaan koko di tengah-tengah keluarga ceria Widjaja. Kehangatan Natal minus duapuluh empat.
Gue malu omongnya. Semoga si tokoh utama baca tulisan ini, jadi tak perlulah gue omong langsung. Haha. We miss you. Miss your jokes. Miss your story about your climbing and stuff. Miss every single detail about you #exaggerating. My point is come back to Jakarta soon, koko!

Gue yakin di sana, dia juga merindukan kami. Akan tetapi, pasti dia juga punya acara yang menyenangkan di Malang. Kita sama-sama punya keceriaan, juga kehangatan bulan Desember.

Terus gue jadi inget sama lagu natal yang pasti ga asing buat kalian. Biasanya kan bagus kalo di akhir sebuah tulisan, ada kata-kata mutiaranya. Nah keliatannya ini cucok buat natal gue tahun 2012 dan ending tulisan gue. 
Through the years  
We all will be together 
If the Fates allow 
Hang a shining star upon the highest bough 
And have yourself a merry little Christmas now
Gue ga pinter Inggris, walaupun nyokap sama cici cascus ngomong Inggris. Boleh lah sesekali sok tahu. Kata ‘Have yourself a merry little christmas’ gue mengerti dengan tetap ada keceriaan di dalam natal yang sederhana atau kecil. Hehehe. 

Oh iya. Ga telat dong buat omong Merry Christmas sekarang? Bumi belum berputar pada porosnya sepenuhnya. Merry Christmas, readers. Hope you find your 'merry little christmas'.

No comments:

Post a Comment