Hari ini gue ngelewatin daerah Senen karena bokap gue yang mau bernostalgia dengan makanan masa kecilnya, lemang. Terus mata gue berhenti pada suatu gedung tua tidak terawat dengan poster-poster film yang keliatannya tidak masuk dalam jejeran film di teater bioskop ternama. Bahkan, gue ga pernah liat tuh gambar dan judul dari filmnya. Nama bioskopnya... gue kurang tau.
Lalu, keinginan gue memuncak, sehingga hal tersebut mendorong gue untuk terus berbicara tiada habis tentang ketertarikan gue mencoba masuk, melihat apa yang ada di dalam, melihat harga teater macam itu, melihat studionya, melihat bentuk loketnya, melihat tempat jual popcorn. Dan, berhasillah gue membujuk bokap gue.
Setelah bokap gue beli lemang, makanan sejenis ketan, di pinggiran jalan, kami bergegas ke teater keren itu. Senyuman lebar tersungging di wajah gue selagi jalan dengan tak lupa membawa semangat gue yang berapi-api.
Sesampai di sana, banyak mata yang melihat gadis cantik dengan ayah di sebelahnya (mulai kumat guenya). Itu wajarlah buat orang yang jarang liat cewe seger dan manis macem gue (ohhh). Tapi serius, gue berasa aneh gitu pas lewat. Secara mana ada cewe chinese yang ke sono. Di sana ga pake pintu kaya di XXI gitu, langsung tangga. Di tangga banyak mas-mas duduk (sumpah ini ga penting). Gedung itu gede dan isinya cuman ada 2 studio teater saja. Selebihnya di belakang ada lapangan kosong, dan itu dipake maen bola sama abang-abang.
Terus, gue langsung liat loketnya. Dan memang sama seperti gedungnya, loketnya masih belum diperbaharui atau direnovasi. Secara otomatis, mata gue mencari-cari dimana tulisan harga nonton film di sana: Htm: Rp 5.000. Bisa gila ga sih? Coba aja bayangin lu nonton The Raid, Wrath of The Titans, The Hunger Games, Act of Valor, Battleship, John Carter, Lorax dengan harga Rp 35.000 saja ?????? Wow. Tiap hari gue jabanin nonton deh tuh. Sayang, itu cuman khayalan iseng gue doang.
Tapi ada satu hal yang paling menarik adalah bunyi reel filmnya dan kualitas gambar yang didapat!! Lu bener-bener kaya dibawa mesin waktu dan lagi ada di tahun 90-an. Bunyinya tuh yang kaya di pelem-pelem lama, gambar nya juga. Bedanya ini udeh berwarna dan ada duo subtitle (Inggris-Indonesia). Gaul ga tuh?
Sekedar info, studio bernamakan 'Grand' ini dua kali lipat lebih besar dari teater bioskop yang sering Anda temui di Jakarta kota. D gedung tua itu ada dua studio. Mungkin daritadi Anda bertanya-tanya bagaimana saya bisa tahu banyak hal. Ini semua berkat bokap gue yang meminta ijin dari bapak penjaga pintu untuk melihat-lihat studio. Kebetulan studio 1 itu sedang memainkan film chinese (dan gue juga gatau itu apa). Luuuuasssssssssss banget. Sayangnya, kegelapan menghalangi pandangan gue melihat sekeliling. Pengen sih gue coba nonton di sana. Tapi.. bokap gue lagi gak mau.
Sayang sekali lagi, gue ga mengabadikan foto itu. Tapi lain kali, gue pasti akan bawa kamera terus jeprat jepret tiap sudut bioskop jadul di Jakarta kota (semoga ada kesempatan ke sana, sebelum gedungnya ditutup).
Jadi, mau tau solusi menonton murah? Ayo ke Senen!
No comments:
Post a Comment