20 April 2012

Gue itu pencuri

Gue tukang nyuri. Tiap kali mengisi bensin di SPBU, gue selalu nyolong. Tahu ga apa yang gue curi sejak dahulu? Dana infrastruktur dan  bantuan sosial buat orang miskin. Mereka sengsara dan tambah gue gencet. 

Gue sadar hal itu malam ini saat sedang membaca artikel sebuah koran swasta ternama dibagian analisis ekonomi, teman gue memberi fotocopy-an nya.  Dan itu membuat gue berpikir cukup keras tentang hal itu.

Kalian pasti sedang bingung tentang maksud gue nyolong dana itu apa. Dan apa hubungannya anak sotoy satu ini dengan ekonomi makro macem itu. Akan gue jelaskan setelah paragraf-paragraf berikut.

Gue bukan anak orang kaya yang gampang minta ini itu sama ortu gue. Itu samasekali ga mencerminkan keluarga gue. Di keluarga gue, lu mau jalan-jalan atau beli barang yang lu pengen, ya pake aja duit lu. Tetapi, ortu gue juga bukan orang  yang ga mampu untuk memberi gue makan pagi-siang-malem. Mungkin itu sebabnya cici gue bilang keluarga gue termasuk kelas menengah ke atas. Yang pasti, gue ada di bagian kelas menengahnya.

Di artikel itu si penulis bilang bahwa dengan makin banyak subsidi BBM, yang dikorbankan adalah akses infrastruktur. Padahal yang menggunakan BBM tuh kebanyakan orang menengah ke atas. Yang paling ga menyenangkan akibat diundurnya kenaikan BBM adalah  kenaikan harga bahan pokok tidak bisa diturunkan. Kembali lagi, orang menengah ke  bawah yang merasakan kerugiannya, teman. Pedagang-pedagang tidak mau menurunkan harga dengan alasan harga naik. Namun, lebih jahat lagi saat kenaikan BBM bener-benar terjadi, harga bahan pokok naik lagi. Orang miskin makin melarat.

Apa-apaan ini? Gue yang nikmatin harga miring bensin, dan yang rugi rakyat miskin. Dimana yang namanya keadilan buat mereka? Gue culik itu dari mereka.

Emang jujur kalo gue dirugiin pasti ga enak. Gada pihak yang mau dirugikan. Tapi jangan karena penduduk miskin gada suara yang kuat di pemerintah, mereka yang harus dijadikan korban. Betul tak?

Gambling antara setuju kenaikan BBM atau tidak. Gue sih setuju-setuju aja naik (secara gue juga bukan yang mendapatkan dampaknya secara langsung). Yang bikin gue ga setuju tuh sama semua pihak yang menggelapkan uang setiap orang yang udah membayar BBM nanti. Gue ga rela duit kita cuman masuk kantong celana atau dompet orang-orang pemerintah sana.

Saat ini gue percaya bahwa kuasa pemerintah bisa lah sedikit demi sedikit memperbaiki keadaan orang-orang menengah ke bawah di Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan umum seperti tertulis di UUD 1945 alinea ke-4. Walaupun, dengan keputusan ini berdampak pada keseharian gue dan butuh pengorbanan (sedikit). Akan tetapi, kenaikan bbm harus dilakukan supaya pemerintah bisa leluasa memperbaiki permasalahan tentang alokasi dana yang kaya puluhan benang kusut bareng-bareng. Mereka butuh kepercayaan. Dan kita butuh bukti sebagai modal buat mempercayai omongannya.

So, I am still watching you! hoho


No comments:

Post a Comment