Seperti cerita kakak dari omaku yang meninggal mendekati hari ulang tahunnya. Siapa yang tahu Tuhan mengizinkan ia melihat Tuhan sebelum ia menambah record umurnya?
Padahal keluarga besar mamaku sudah berbondong-bondong datang untuk berkumpul bersama merayakan ulang tahun oma. Mungkin momen itu merupakan perkumpulan terakhir dengannya. Tidak sepenuhnya salah. Hanya saja salah waktu dan perkiraan. Terlalu cepat Tuhan mengambil nyawanya.
Isak tangis memenuhi ruang duka. Sesampai di tempat penguburan pun, tangisan menghantar kepergian oma. Tiap tetes air mata seperti penghormatan terakhir dari orang-orang tersayang.
Kami, keluarga yang tertinggal di Jakarta, masih berpikir bahwa oma masih ada karena kami sulit mempercayai perkataan saja. Kami perlu melihat, baru menyadari kepergiannya. Sulit bagi kami yang jauh dari Jawa Tengah memikirkan kehilangan omaku untuk selama-lamanya.
Tuhan punya maksud. Kami tahu, tetapi tidak mencerna kata-kata itu dengan baik. Pasti tugas oma di dunia sudah selesai. Dan Tuhan ingin bertemu dengan oma, dan berbincang-bincang dengannya tentang hidup. Tidak ada yang tahu.
Manusia bisa merencanakan sebaik-baiknya masa tuanya. Tetapi Tuhan punya jam yang berbeda dengan manusia. Tuhan bisa mengubah rencana manusia itu supaya sesuai dengan milik-Nya, walaupun rencana manusia itu begitu tepat dan tertata dengan rapi.
No comments:
Post a Comment