18 March 2014

Dunia Tanpa Kotak-kotak Audiovisual

Gue ga nyangka bakal lebih enak ketika gak ada bising suara film serial korea kesukaan nyokap dan gue yang merusak keheningan malam. Gue bisa ngobrol sama nyokap, bukan karena ngebahas soal jokes2 lucu di kotak audiovisual atau lagi bahas soal si Minjung kenapa marahin si tuan Park tanpa alasan. Beda dari hari kebiasaan, hari ini dan hari kemarin-kemarin, gue banyak ngobrol soal apa yang gue lakukan hari ini dan apa aja yang udah terjadi selama 7 jam 45 menit efektif belajar di sekolah.

Kalo parabola gue ga rusak, gue tebak diri gue sekarang lagi nongkrongin itu kotak audiovisual ampe gue ngantuk. Gak peduli sama laptop gue yang kangen buat ditoel-toel tuts keyboard (loh ini piano apa laptop sih) nya sama gue. Gak peduli sama buku bacaan yang gue kacangin lama banget. Gak peduli juga sama orang tua gue yang pengen banget diajak ngobrol sama anak bontot yang masih ketinggalan di Jakarta, karena yang lain udah pada di luar kota. 

Gue bayangkan betapa asiknya dan hangatnya dunia ketika kita membuang semua kotak-kotak audiovisual yang ada di rumah kita, ada di tas kita, yang ga pernah kita lupakan ketika pergi (bahkan pergi ke toilet buat boker) ke lubang black hole. Semua dokumen perkembangan teknologi dari kotak-kotak audiovisual dibuang juga ke lubang black hole. Kalo perlu orang yang ngembangin juga dilempar ke lubang itu bersama dengan dokumen-dokumen itu (ehh bercanda) biar kita susah ngembangin teknologi itu lagi.

Kita balik di masa tanpa kotak-kotak audiovisual. Dimana semua hanya ada komunikasi langsung. Wihiy. Mimpi gue banget. Dimana kita mau berusaha mengurangi ke-awkward-an sama orang asing dengan ngobrol sama dia, dengan motto: "omongin soal apa aja yang penting omong", bukan pelarian ke kotak audiovisual. Dimana relasi itu dibangun dari yang real. Dimana cinta ada dan dibentuk karena relasi yang membangun satu sama lain tanpa ada yang ditutup-tutupi. Dimana berantem itu face to face bukan perang di jejaring sosial. Dimana orang mengenal manusia lain bukan karena followers inst*gram mereka beribu jeti, tapi karena mereka adalah orang yang berbudi mulia, berakhlak baik, dan punya kontribusi "menyembuhkan" dunia yang sakit. Dimana ngobrol sama orang lain menjadi suatu hal yang paling mengasyikan, paling ENGGAK membosankan dan satu-satunya hiburan buat kita. 

Indah ya kalo itu bisa beneran terjadi.

Dan gue merasa akan lebih baik kalo parabola di rumah gue dibiarin rusak aja. Kalo parabola lu lagi rusak atau kotak audiovisual di rumah lu lagi rusak, biarin aja rusak. Bilang sama mereka kalo lu gak tunduk sama teknologi karena lu bukan budak mereka!

Oiya, semoga kalian ngerti setelah baca sampai akhir apa yang gue maksud dengan kotak-kotak audiovisual. Kotak-kotak audiovisual yang gue maksud di sini adalah alat-alat elektronik buat berkomunikasi yang mayoritas dari mereka berbentuk kotak dalam berbagai ukuran, juga alat elektronik sebagai alat untuk menyebarkan informasi (baca: televisi) yang kebetulan juga berbentuk kotak memanjang. 

6 comments:

  1. so damn true.
    lugas, jelas, transparan. meaningful. as always, I like your writing, my friend! :)

    ReplyDelete
  2. hihiy dikomen varen. thenkyou var :D

    ReplyDelete
  3. bener banget tuh ci :D ngobrol dengan teknologi yang ada sekarang jadi lebih ga awkward daripada tatap muka, cool post (y)

    ReplyDelete