kadang ada saatnya kamu ingin selalu didengar dan memerintah
mungkin
kadang ada saatnya dimana semua terasa berantakan dan kamu sudah tidak tahan dengan pemandangan itu,
ingin terjun ke dunia entah berantah di bawah sana
kadang ada saatnya kamu membutuhkan pelukan dan dorongan dari seseorang di rumahmu, di sekolahmu, dan di lingkungan masyarakat
kadang ada saatnya kamu hanya ingin berdiam dan mengetik mengetik dan mengetik, ingin memiliki waktu hanya dengan dirimu sendiri
kadang ada saatnya kamu merasa semua masalah berada di titik puncak klimaks bercampur aduk lalu lalang di hidupmu, kamu ingin kabur saja, ingin menangis sekeras mungkin, ingin berteriak sampai tenggorokan yang menghentikan teriakanmu
kadang ada saatnya kamu ingin berlari, berlari menjauhi dunia ini karena kamu merasa tidak berada di dunia ini, kamu tidak menapaki tanah, kamu melayang-layang, kamu merasa terasing dari dunia ini
kadang kamu ingin memeluk dan mengecup pipi semua orang yang ada di sekitarmu karena senang hatimu tak kepalang
kadang ada saatnya untukmu berdiam sebentar saja tanpa gangguan, begitu penat dan lelah, lemas raga, lemas jiwa
kadang kamu merasa hidup di alam mimpimu dan saat kamu menyadari hal itu, hanya ingin menggerutu dan menggerutu
kadang ada saatnya kamu merasa jantungmu ingin terlepas dari badanmu karena berdekatan dengan pujaan hati, perebut hatimu, perebut waktu melamunmu
kadang ada saatnya kamu tidak mengerti apa kemauan mereka, menganggap kamu manusia paling bodoh dan aneh karena kamu tidak dapat mengerti mereka sedikitpun
kadang kala kamu merasa kecil, lemah dan tak berguna di dunia ini, peranmu tidak ada maupun tidak dibutuhkan, bahkan terlintas pikiran 'aku ini apa? buat apa aku?'
kadang ada saat kamu tidak dapat mempercayai siapapun, bahkan mereka orang terdekatmu, seperti orang asing yang tinggal di rumahmu
semua ada waktunya
kadang
tenang, tak perlu tegang begitu atau merasa tak wajar
aku juga pernah mengalami hal serupa dengamu
Di sini tempatku merebahkan raga dan membangunkan jiwa. Kalau ada senggang, mari minum teh dan makan kudapan sore bersama.
30 May 2012
19 May 2012
Pertemuanku Dengannya
Aku sedang ingin bernostalgia. Aku sedang membayangkan bagaimana aku bisa bertemu dengannya. Dunia yang selama ini telah menjadi bagian dari hidupku yang kecil. Dunia yang tak kusadari sudah bersamaku selama hampir tiga tahun.
Aku juga tidak menyangka, aku jadi punya mimpi karena mengenal dunia itu. Padahal dulu, tidak pernah kubayangkan aku bisa 'terjerumus' masuk ke dalam dunia itu. Dunia jurnalistik. Bahkan, aku tidak tahu keberadaannya di hidupku, waktu aku masih bocah. Mungkin memang Tuhan telah merencanakan pertemuan kami yang seperti tidak sengaja. Yap... Awalnya unik, aku masuk ekstrakukuler jurnalistik tanpa ada alasan yang berarti. Itu awalnya. Alasanku adalah karena aku suka merangkai kata-kata menjadi lebih bagus dan berbau puitis. Jadi, harapanku masuk ekskul itu adalah supaya bisa merangkai kata-kata dengan kata yang tepat. Simpel kan?
Namun, dari alasan simpel dan awal yang biasa, aku jadi tahu bahwa aku tertarik pada bidang sosial dan kemanuasiaan. Ini juga berkat guru jurnalistikku yang gaul dan asik. Dia mengenalkanku pada dunia yang sebelumnya asing. Dia yang membukakan mataku kepada dunia sesungguhnya yang luasnya bukan main. Ia juga sering bercerita tentang segala berita yang berbau politik yang kian rumit, membuatku eneg sama namanya persaingan politik. Tiada habis, tiada pula ujung. Oke kita sudah berbicara tidak jelas arahnya.
Dan sekadar untuk tahu, tahun pertama ekskul kami hampir ditiadakan karena peminatnya super duper sedikit. Akan tetapi, ibu kepala sekolahku keukuh supaya tetap berdiri ekskul ini. Akan tetapi, umur ekskul jurnalistik tidaklah panjang. Ekskul sudah tidak diadakan lagi sejak semester genap ini. Guru jurnalku sudah terlalu sibuk bekerja rangkap menjadi guru jurnalistik di sekolahku dan menjadi jurnalis sesungguhnya. Tentu lebih baik ia meniti kariernya yang baru dimulai itu, bukan?
Jika mengingat pengalamanku bersama jurnalistik, rasanya senyum tidak bisa lepas. Kita, anak-anak jurnalistik, itu kompak. Kompak bikin pak guru speechless gara-gara ngerjain buku jurnal males-malesan dan ngerjain tugas nulis yang bolong-bolong. Aku pernah ingat dulu, pernah suatu saat, satu ruangan kelas menjadi bau matahari gara-gara aku habis bermain basket. ”Maaf ya”. Kami juga pernah pergi ke pesta buku bersama, tetapi tidak semua anak jurnal ikut. Kami tidak banyak memiliki waktu pergi bersama. Dan disayangkan, umur ekskul hanya seumur jagung muda.
Walaupun begitu, aku senang bisa mengenal guruku itu dan bidang yang digelutinya. Suatu saat nanti, aku akan bekerja dibidang itu. Mungkin guruku menjadi seniorku, atau bahkan atasanku. Wah... Senang rasanya membayangkan hal itu.
Aku masih aktif menulis (di blog ini), walau sudah tiada ekskul jurnalistik. Tetapi memang tidak sesering dulu, karena tugasku yang menumpuk dan kebiasaan burukku yang suka menunda, membuatku sulit membagi waktu dan bersantai. Dont try this at home, buddy!
Hehe. Itulah secuil cerita dariku. Untuk potongan-potongan cerita yang lain, biarlah menjadi pelengkap kehidupanku dan orang yang mengenalku saja.
Oh ya.. Ada satu kalimat yang ingin kusampaikan untuk guruku:
”Bapak masih ngutang ajak kita, anak-anak jurnalistik, makan-makan ngerayain kelulusan bapak loh.”
”Bapak masih ngutang ajak kita, anak-anak jurnalistik, makan-makan ngerayain kelulusan bapak loh.”
15 May 2012
"The Help"
Film ini mengisahkan tentang perempuan-perempuan kulit berwarna dengan seting tahun 1960an dimana diskriminasi SARA sedang hangat-hangatnya. Mereka kebanyakan bekerja pada orang kulit putih sebagai babysitter. Mereka sering mengalami penganiayaan dan ketidakadilan oleh orang kulit putih. Namun, mereka diam dan lebih nrimo. Suatu ketka, ada seorang jurnalis yang ingin menguak sesuatu dari para babysitter ini. Sesuatu yang melanggar hukum dan dapat membahayakan orang kulit hitam jika ketahuan. Apa yang jurnalis ingin kuak? Temukan jawabannya sendiri! Hehe. Boleh kok nanya sama si penulis blog kalau penasaran banget.
Yang pasti kalian ga akan rugi kalau nonton film ini. Film ini memang tidak berdasarkan sebuah cerita nyata, tetapi bukan berarti hal-hal yang dialami tidak mungkin terjadi pada perempuan-perempuan tersebut kan?
Saya kira mereka cukup logis menampilkan apa yang terjadi pada perempuan zaman itu, sehingga wajar dan pantas kalian menyiapkan beberapa helai tissue untuk bersiap-siap. Bahkan saya tidak kuase menahan air mata keluar dari mata saya walaupun sekeluarga lagi menonton bersama (curhat colongan).
Jika Anda suka film berbobot dan menginspirasi, ini adalah film yang cocok untukmu!
Subscribe to:
Posts (Atom)