18 January 2016

Penikmat Seni Abad 21

Gue simpulkan Biennale itu sebagai sebuah wadah untuk memamerkan kebebasan dan keliaran para seniman. Di sini, gak akan ada yang berani merendahkan hasil karya seniman. Seunik apapun. Seaneh apapun. Itu lah kehebatan seni. Seni membuat segala hal yang ada di dunia realita tabu menjadi bahan pemikiran penikmat seni, segala yang biasa dan terlewatkan menjadi pusat perhatian, segala yang dianggap kurang kerjaan akan berubah menjadi "wah kok kepikiran ya buat ini".

Memamerkan. Mungkin bahasanya kurang enak didengar.Seniman pamer? Memang kenapa? Gue pikir seni ada untuk dilihat dan dinikmati orang lain, bukan hanya si pembuat seni tersebut. Rasanya kurang lengkap kalau yang menikmati hanya mereka sendiri. 

Nah.. 

Kita tahu dong sekarang zaman apa? Zaman teknologi super canggih yang bisa diakses melalui telepon seluler. Teknologi telah mengubah cara hidup manusia, termasuk cara menikmati karya seni. 

Dengan adanya teknologi kamera dan media sosial, banyak anak muda yang melihat Biennale sebagai sasaran empuk biar terlihat kekinian. Gue yakin kalian yang datang ke Biennale pasti (gue jamin) melihat pemandangan anak-anak muda berfoto dengan hasil karya yang mereka anggap keren. Mereka foto sana-sini dengan gaya yang nge-hits di zaman ini. Gaya melihat ke arah lain. Pura-pura sedang berjalan. Pura-pura sedang menikmati karya seni. Wah... Kalau kalian lihat, aneh dan lucu-lucu. Bagaimana gue tahu? Karena gue salah satu dari mereka. HA! Gue gak bisa memungkiri kalau tema yang diusung Biennale setiap tahunnya selalu unik dan menarik buat dikunjungi. Dan difoto pastinya.

Ada satu hal yang paling bikin gue penasaran. Mari kita kembali ke pembicaraan kita mengenai cara menikmati karya seni. Gue akui acara ini berhasil mengajak anak muda untuk datang ke sebuah pameran seni. Karya seni yang dipamerkan Biennale pun berhasil menarik perhatian anak muda. Tapi apakah cara menikmati mereka ini diterima dengan manis oleh seniman-senimannya? Itu yang sempat terbesit dalam pikiran gue. Sampai sekarang.

Kalau buat gue, ini sebuah kebaikan yang muncul bersamaan dengan fenomena narsis. Ya ada lah pasti yang datang hanya sekadar ingin menambah momen-momen di media sosialnya, tetapi ada banyak juga yang mulai tertarik dan menikmati karya seni sedikit demi sedikit. Bukankah selalu ada dua sisi berlainan yang muncul dalam setiap kejadian?

Kerja bagus, Biennale. Gue tunggu pameran berikutnya!

Mereka bebas berekspresi. Gue bebas bergaya.
Bersama mereka menjelajahi Gudang Sarinah
Kutipan sederhana yang gue favoritkan

1 comment: