11 June 2016

Perempuan Belum Ber-Diri

Aku ingin bercerita tentang seorang anak. Tak perlu lah kusebut namanya.

Aku tidah tahu harus dan bisa berbuat apa, tapi aku tidak ingin anak ini merasa sendirian. Aku tidak tahu apakah kedatanganku setiap liburan semester akan menghibur hatinya atau tidak. Aku berharap iya.

Aku rasanya ingin mendoakan agar dia menjadi anak yang cuek yang tidak perlu repot mengurusi perkataan menyakitkan yang keluar dari mulut orang lain. Aku tidak tahu harus berbuat apa-apa. Lagi-lagi hanya itu yang bsia kukatakan. Inilah hal yang tidak ku suka. Ketika melihat sesuatu yang salah, tetapi kamu hanya bisa terus berjalan di jalurmu dan tidak bisa memperbaikinya. Ingin rasanya ikut campur, tetapi otak rasionalku menahan langkahku. Aku bukan siapa-siapa.

Suatu waktu, ia bertanya "Kalau kakak jadi aku, kakak pilih tinggal sama mama atau papa?" Aku kaget dengan apa yang ia tanyakan. Aku berusaha keras memutar otak. Mencari-cari jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu. Yang kutemukan adalah "Kakak gak mau jawab. Coba kamu pikir mana yang bisa bikin kamu kayak di rumah." Dia terdiam. Terdiam karena tidak mengerti. Aku tidak menyalahkannya karena ia tidak mengerti. Entah kenapa muncul rasa lega juga karena dia tidak mengerti, Biar dia tidak usah menyimpulkan yang aneh-aneh dari jawabanku.

Dia masih begitu polos. Menceritakan segalanya tanpa ada rasa segan, malu, atau sungkan. Semua ceritanya mengalir seperti aku sudah menjadi bagian dalam keluarganya sehingga tidak perlu ada hal yang ditutupi. Aku banyak bertanya. Aku banyak ingin tahu. Aku juga ingin memberi tahu bahwa perhatian ini kutumpahkan melalui bertubi-tubi pertanyaan yang kulontarkan itu.

Sekali lagi kutegaskan. Dia masih begitu polos. Raut wajahnya yang begitu jujur. Aku berharap kepolosannya itu tidak dinodai oleh orang-orang yang punya motivasi hidup yang salah atau pikiran yang miring karena memilih jalan hidup yang salah. Perilakunya sekarang merupakan hasil dari apa yang dia lihat dari orang-orang yang dia sayangi. Aku tahu dia punya hati yang tulus, namun tertutupi oleh sesuatu entah apa.

Adik kecilku ini masih belum menemukan dirinya. Bahkan, belum mau mencari. Saat waktu itu tiba, aku harap aku ataupun siapapun akan pergi mengantar dia untuk membeli peta agar tidak tersesat di jalan mencari dirinya.

Aku tahu satu hal. Alur ceritaku tidak jelas. Aku pun tidak tahu apa yang kalian tangkap dari ceritaku. Kalian juga yang akhirnya punya kesimpulan dari setiap bacaan yang kalian baca kan? Aku membebaskanmu untuk punya pemikiran sendiri setelah membaca postinganku.

Sangat boleh.

No comments:

Post a Comment