Prosa ini ditulis pada tahun 1998 oleh Dewi Lestari di dalam buku berjudul 'Filosofi Kopi'. Salju Gurun mengajak pembaca untuk percaya pada diri sendiri dan berani beda dari yang lain. Menyentuh. Tepat.Di hamparan gurun yang seragam, jangan lagi menjadi butiran pasir. Sekalipun nyaman engkau di tengah impitan sesamamu, tak akan ada yang tahu jika kau melayang hilang.
Di lingkungan gurun yang serba serupa, untuk apa lagi menjadi kaktus. Sekalipun hijau warnamu, engkau tersebar dimana-mana. Tak ada yang menangis rindu jika kau mati layu.
Di lansekap gurun yang mahaluas, lebaih baik tidak menjadi oase. Sekalipun rasanya sendiri, burung yang tinggi akan melihat kembaranmu di sana-sini.
Di tengah gurun yang tertebak, jadilah salju yang abadi. Embun pagi tak akan kalahkan dinginmu, angin malam akan menggigil ketika melewatimu, oase akan jengah, dan kaktus terperangah. Semua butir pasir akan tahu jika kau pergi, atau sekadar bergerak dua inci.
Dan setiap senti gurun akan terinspirasi karena kau berani beku dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena kau... berbeda.
No comments:
Post a Comment