Wah... Indonesia bolehlah cukup bangga dengan tindakan Siami yang masih memiliki kejujuran, patut diacungi dua jempol. Ya, saya saja bangga walau melihat dari kejauhan. Siapa sangka ada seorang wanita yang mempunyai nyali besar untuk berkata atas nama kebenaran?
Kalau Anda masih belum menyambung dengan topik yang saya bicarakan. Saya akan menjelaskan singkat tentang ibu bertempat tinggal di Surabaya, Kecamatan Tandes ini. Permasalahan yang membawa petaka bagi keluarga Ibu Siami ini berawal dari niat baiknya, untuk melaporkan tindakan tidak pantas seorang guru. Bukan tindakan asusila, tetapi memaksa anak muridnya untuk memberi contekan pada murid lain saat UN. Anak itu bernama Al, anak Ibu Siami. Setelah menyebarkan berita tersebut, warga heboh tak karuan mendengar hal itu. Karena tidak terima, mereka mendemo rumah Siami. Tidak sampai di situ, Siami di usir paksa oleh warga sekitar dengan amarah yang meluap beserta caci maki mereka. Siami menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud dan menyangka juga permasalahan ini sampai diketauhi seantero negri. Ia hanya ingin keadilan dan kejujuran dari anaknya, Al. Sampai saat ini, penyelesaian masalah masih belum tuntas. Tentunya diharapkan keluarga Siami tidak dirugikan dan dapat menjalani kembali hidup mereka dengan tenang.
(Dari sumber terpercaya: Om Google, setelah berita-berita disaring)
(Dari sumber terpercaya: Om Google, setelah berita-berita disaring)
Sekarang dunia memang lagi terbalik. Yang jahat dipelihara baik-baik, dan baik didepak jauh-jauh. Lihat tindakan Siami dan perlakuan warga kampung terhadapnya.
Coba tengok ibu rumah tangga tadi, ia mungkin tidak bersekolah tinggi seperti Anda sekarang ini. Tapi dari tindakannya yang berani itu, menandakan bahkan seorang yang biasa aja bisa melakukan tindakan besar. Dan sekaligus membuktikan bahwa Indonesia masih hidup di dalam kejujuran. Kalau saya berada diposisi Siami, mungkin saya tidak memiliki keberanian sebesarnya dan tetap diam. Memalukakan memang, saat menyadari kita membiarkan ‘kejahatan’ ini terus berlanjut dan mengakar di dalam hati manusia Indonesia. Tapi itulah yang terjadi sekarang. Dan kita perlu melanjutkan pekerjaan Siami, menjunjung tinggi kejujuran sebagai manusia beradab.
Berkata jujur memang kadang menyakitkan hati dan menyusahkan raga, kejujuran yang berduri.
No comments:
Post a Comment